Seiiring waktu, harapan itu menguap bersama angin lalu. Satu persatu janjinya terbukti tak bisa dipenuhi. Publik mulai memahami bahwa kapasitasnya sebagai pemimpin sangat terbatas.
Seorang walikota dari kota kecil seperti Solo yang dipaksakan menjadi Gubernur DKI dan kemudian melompat menjadi Presiden RI. Ibarat seorang sopir angkot yang tiba-tiba dipaksa membawa sebuah truk gandengan, truk trailer dengan beban yang sangat berat.
Seorang pria dengan narasi sangat sederhana dan terbatas, tak punya gagasan besar yang mampu menggerakkan bangsa Indonesia melakukan kerja besar. Meminjam metafora dari inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) Anis Matta, “Langitnya sangat tinggi, kemampuan terbangnya sangat rendah.”
Singkat kata Jokowi adalah seorang presiden dengan kemampuan terbatas, under capacity. Sementara masalah yang dihadapi bangsa sangat besar. Membutuhkan seorang presiden yang full capacity!
Yang lebih parah lagi publik menyadari sebagai Presiden, Jokowi bukanlah figur mandiri. Dia terkesan seperti boneka. Ada kekuatan besar di belakangnya yang mengendalikan. Kekuatan yang sering disebut sebagai deep state, negara dalam negara. Mereka inilah yang disebut sebagai oligarki.
Satu persatu pendukungnya, orang-orang yang masuk dalam pendukung garis kerasnya ( die hard) meninggalkannya. Mereka menjadi muallaf politik, setelah menyadari salah memilih presiden.
Hari ini, Rabu (3/4) di medsos beredar pernyataan sikap M Jumhur Hidayat yang memutuskan meninggalkan Jokowi. Mantan aktivis mahasiswa ITB dan pernah menjadi Ketua BNP2TKI secara tegas menyatakan kecewa terhadap Jokowi.
Langkah Jumhur merupakan bagian gelombang besar migrasi pendukung Jokowi. Sebagai Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia (FSPMI) dan Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gespermindo) ada gerbong panjang di belakang Jumhur.
Pilihan Jokowi atas Ma’ruf Amin juga banyak menimbulkan resistensi di kalangan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok. Diduga mereka banyak yang memutuskan Golput.
Hari ini di medsos beredar video Ma’ruf Amin sedang berbincang dengan sejumlah orang, salah satunya Yusuf Mansyur. Ma’ruf menyebut Ahok sumber konflik bangsa, karena itu harus dihabisi!