Untuk mencapai tujuan tersebut mereka rela dan tega menghalalkan segala cara. Kalau perlu menabrak berbagai aturan hukum dan perundang-undangan. Konon pula hanya soal moral, etika, dan integritas, tidak masuk dalam hitungan.
Kalau mau jadi politisi yang sukses di Indonesia jangan bawa-bawa idealisme, apalagi main hati.
Hal itu menjelaskan mengapa kita mendapati banyak sekali politisi yang bisa dengan mudahnya lompat dari satu partai ke partai lainnya. Pemilu kali ini bersama partai A. Pemilu berikutnya bersama partai B, dan pemilu berikutnya lagi menjadi caleg partai C.
Dalam skala yang lebih besar kita bisa menyaksikan partai yang semula berada dalam kubu oposisi tiba-tiba lompat ke kubu pemerintah.
Dengan latar belakang politisi semacam itu tidak mengherankan bila oposisi menjadi barang haram dalam demokrasi Indonesia.
Yang tengah berkuasa tidak menghendaki ada oposisi. Dengan berbagai cara berusaha merangkul lawan politiknya. Sebaliknya yang berada di luar pemerintahan ingin secepatnya masuk ke dalam pemerintahan.
Rakyat tinggal terbengong-bengong, tak memahami logika dan nalar para politisi.
Para elit politik ini lupa, bahwa agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik, menjalankan janji-janji kampanye, perlu oposisi untuk mengontrolnya.
Tanpa oposisi, kekuasaan yang sangat besar dan absolut, cenderung disalahgunakan.
Sejarawan Inggris Lord Acton sudah jauh-jauh hari mengingatkan : Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely.
Jika ingin menjadi partai yang kuat, meraih simpati dan dukungan yang luas dari rakyat, harus berani mengambil jalan penjang penuh onak dan duri menjadi oposisi.
Sebagai politisi akan dihormati rakyat dan dikenang sebagai tokoh yang punya prinsip dan menjunjung tinggi kehormatan. Cara ini juga sangat efektif untuk mengukur loyalitas seorang teman seiring dalam perjuangan.
Tak ada salahnya belajar dari Ketua Umum PDIP Megawati. Puluhan tahun menjadi oposisi Orde Baru, plus 10 tahun oposisi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
PDIP sekarang menjadi partai terbesar, Jokowi seorang kadernya menjadi presiden.
Dengan menjadi oposisi, tokoh maupun partai akan menjadi kuat dan mencapai posisi tinggi. Seperti layang-layang terbang tinggi karena melawan arah angin. (end/hersubeno-arief.com)