Pengacara Soenarko membantah. Menurutnya yang menjamin Soenarko adalah istri, anak dan ratusan purnawirawan TNI-Polri.
Bangkit dan bergerak, atau punah
Lepas dari siapa yang menjamin, namun pembebasan Soenarko menunjukkan pemerintah tampak menyadari sepenuhnya apa yang tengah terjadi.
Pada pilpres lalu pasangan Jokowi-Ma’ruf mengalami kekalahan di lingkungan perumahan anggota TNI. Di kompleks perumahan Kopassus Cijantung, bahkan perumahan anggota Paspampres di Kramatjati, Jakarta Timur mereka juga kalah.
Penangkapan para purnawirawan hanya akan membuat ketidakpuasan di kalangan purnawirawan dan kalangan Keluarga besar TNI terhadap pemerintah semakin tinggi. Hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi.
Penangkapan mereka juga akan menimbulkan gesekan yang tidak perlu antara TNI dan Polri. Tanda-tanda semacam itu sudah banyak bermunculan di lapangan.
Secara tidak langsung apa yang disampaikan Gatot dalam sambutannya juga menyiratkan hal itu.
Kepada para purnawirawan Gatot mengaku telah melakukan silaturahmi ke para senior TNI. Mereka menitipkan pesan terkait situasi dan kondisi bangsa saat ini.
“Saya hanya menyampaikan saja. Intinya adalah dalam situasi sekarang ini kita bangkit dan bergerak atau negara kita akan punah,” kata Gatot.
Gatot menyingung benturan budaya global ( global civilization ), perlunya para purnawirawan untuk terus mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa, dan sumpah prajurit yang akan tetap setia kepada Pancasila dan NKRI.
“Ini kalau kita tidak waspada, kita akan hilang seperti suku Aborigin dan suku lainnya. Siapa lagi yang peduli kalau bukan kita,” ujarnya.
Kendati pesannya disampaikan kepada para purnawirawan, namun sangat jelas kemana pesan itu sesungguhnya ditujukan.
Seperti dalam pewayangan, isyarat yang disampaikan oleh Gatot adalah “perang kembang.” Sebuah isyarat halus, namun sangat tegas yang harus diperhatikan pemerintah.
Berkumpulnya ribuan purnawirawan TNI bukanlah sebuah peristiwa biasa yang bisa diabaikan begitu saja. end (*)
Penulis: Hersubeno Arief