Setelah itu panitia mencari alternatif berbagai gedung pertemuan yang bisa bisa menampung sedikitnya 3.000 orang, sesuai jumlah undangan.
Setelah mereka mencari-cari di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), sampai kawasan TMII, tak satupun gedung yang bisa digunakan.
Di TMII kasus seperti di Sentul bahkan kembali terulang. Manajer sebuah gedung menyatakan bisa digunakan pada tanggal 24 Juni. Namun tiba-tiba dibatalkan dengan alasan gedung sudah full booked.
“Untunglah pak Sjafrie (Sjamsoeddin) ketika bertemu Bu Titiek (Soeharto) langsung dipersilakan menggunakan masjid At-Tin. Terima kasih bu Titiek” ujar Gatot kepada Titiek Soeharto yang juga hadir dalam acara tersebut.
Walaupun tidak ideal, akhirnya silaturahmi dan halal bihalal itu digelar di halaman masjid. Padahal yang hadir tidak semuanya beragama Islam. Apa boleh buat.
Di luar soal gedung, para purnawirawan juga hanya bisa tersenyum kecut. Tak banyak media yang hadir memenuhi undangan. Dari stasiun televisi hanya hadir TV One. Sementara media mainstream cetak dan online, juga tak banyak yang mengcover.
Sepertinya di kalangan media sudah ada semacam pemahaman bersama, bahwa acara tersebut, tak perlu, tak boleh dimuat dan dipublikasikan.
Dipersulitnya kegiatan tersebut tak lepas dari situasi politik saat ini, dan posisi para purnawirawan jenderal yang menjadi tuan rumah kegiatan.
Selain Gatot, terdapat nama Jenderal TNI (Purn) Agustadi SP, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdjiatno, Marsekal TNI (Purn) Imam Sufaat, dan Komjen Pol (Purn) Sofyan Jacoeb, juga Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin.
Di luar nama Jenderal Agustadi SP (KSAD 2007-2009), dan mantan Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi yang juga hadir, semua jenderal tadi selama ini dikenal sebagai jenderal oposisi. Mereka pada pilpres lalu mendukung paslon 02 Prabowo-Sandi. Sofjan Jacoeb malah sudah ditetapkan sebagai tersangka makar.