Benarkah begitu? Bila kita cermati lebih dalam antara fakta dan besarnya pemberitaan atas kasus PAN, bisa disimpulkan, hal itu merupakan agenda setting. Ada kepentingan redaksi, atau ada kepentingan kelompok tertentu yang menggunakan redaksi detik.com untuk menggorengnya.
Mari kita bandingkan dengan beberapa laman media online lainnya yang memuat berita yang sama. Kompas.com : Lima Pendiri PAN minta Amien Rais Mundur. tribun.com : 5 Pendiri PAN Kirim Surat Terbuka Tuntut Amien Rais Mundur, Ini Isi dan Alasannya. merdeka.com : Pendiri PAN Minta Amien Rais Mundur dari Partai.
CNN.com yang berada dalam satu group dengan detik.com (Trans Media) juga membuat judul yang netral: Pendiri PAN Minta Amien Rais Mundur karena Tak Sejalan.
Empat media yang diambil sebagai sampel, hanya membuat diskripsi adanya sebuah fakta. Sementara detik.com membuat penafsiran, opini, bahkan kesimpulan.
Dilihat dari judul dan isinya, detik.com jelas tengah melakukan framing. Mereka membangun opini PAN tengah bergejolak dan pecah? Apakah faktanya PAN sedang mengalami perpecahan, dan internalnya bergejolak?
Ada lima orang pendiri PAN, Goenawan Mohamad, Albert Hasibuan, Abdillah Toha, Toety Herati, dan Zumrotin mengirim surat terbuka mendesak Ketua Dewan Kehormatan Amien Rais mundur. Yes itu berita. Memenuhi unsur kelayakan.
Menyimpulkan bahwa PAN bergejolak, apalagi kemudian pecah? Disitulah masalahnya. Inilah yang disebut framing, dalam bentuk sangat kasar. Membangun dan menggiring opini publik, seolah ada berita besar, padahal sesungguhnya hanya gelembung busa.
Kelima tokoh tersebut, benar merupakan pendiri PAN. Namun mereka sudah lama tidak aktif. Beberapa diantaranya malah sudah mengundurkan diri. Goenawan sudah mundur sejak bulan Mei 2014, ketika PAN memutuskan mendukung pencapresan Prabowo yang berpasangan dengan Hatta.
Mereka, dalam bahasa Sekjen PAN Eddy Soeparno, sudah tidak punya akar, apalagi pengaruh di PAN. “ Saya minta diabaikan.” Menurut Eddy para pengirim surat adalah pendukung paslon Jokowi-Ma’ruf. Patut diduga ini adalah operasi politik berupa pembentukan opini melalui media.