Pertama, berbagai survei menunjukkan saat ini penantang potensial Jokowi adalah Prabowo. Latar belakang militer Prabowo membuat banyak gerbong militer berbaris di belakangnya. Dengan memperkuat barisan jenderal pendukungnya, Jokowi bisa mengimbangi, bahkan mengalahkan pasukan pendukung Prabowo.
Kedua, di luar Prabowo figur lain yang digadang-gadang akan menjadi penantang Jokowi adalah mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Di kalangan umat Islam dan partai “oposisi” (Gerindra, PKS, dan PAN) nama Gatot (Akabri 82) banyak dijagokan bila Prabowo memutuskan untuk tidak bertarung dan menjadi king maker.
Sebagai mantan Panglima TNI yang baru akan pensiun pada bulan Maret 2018, Gatot masih punya banyak pendukung di kalangan militer. Hadirnya para jenderal di lingkungan Jokowi diharapkan bisa menetralisir pengaruh tersebut. Apalagi Moeldoko adalah kakak tingkat Gatot dan juga Panglima TNI yang digantikan Gatot. Dalam dunia persilatan Gatot adalah adik seperguruan Moeldoko. Keduanya satu guru, satu ilmu.
Ketiga, bila Jokowi benar akan berpisah jalan dengan Megawati, hadirnya para jenderal ini bisa membuatnya lebih percaya diri. Di sekitar Megawati selain Hendropriyono yang dikenal sebagai maestro intelijen pasca Benny Moerdani, banyak berkumpul para perwira tinggi Polri. Salah satunya yang paling menonjol adalah Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan yang kini menjadi Kepala BIN.
Indikasi Megawati didukung jenderal Polri sangat terlihat dengan banyaknya jenderal polisi yang bertarung di Pilkada dan diusung PDIP. Mereka antara lain Irjen Pol Anton Charliyan (Jabar), Irjen Pol Syafruddin (Kaltim), dan Irjen Pol Murad Ismail (Maluku).