Momen yang secara kebetulan direkam oleh seorang netizen itu kemudian menjadi viral. Penjelasan Maruarar (Ara) bahwa semua itu menjadi tanggung jawabnya, tidak ada sangkut pautnya dengan Presiden Jokowi, tidak bisa diterima. Ucapan Ara yang minta maaf kepada Presiden Jokowi dan Gubernur Indonesia (maksudnya Anies), malah diedit dan dijadikan meme, lucu-lucuan.
Sejak itulah dimulai serbuan terhadap akun-akun medsos presiden. Datangnya seperti air bah. Angkanya tembus ratusan ribu, bahkan ada yang menyebut bisa tembus 1 juta, kalau saja tidak dihapus oleh admin akun Facebook Presiden Joko Widodo. Seorang warganet ada yang menghitungnya rata-rata sekitar 5.000 komentar yang masuk per jamnya. Semuanya adalah akun riil, bukan robot yang sering digunakan para pem-bully.
Sampai Rabu (21/2) sore, akun Instagram Jokowi sudah dikomentari lebih dari 600 ribu netizen. Seorang warganet meledek Jokowi “Pak sudah tembus 500 ribu, kasih hadiah sepeda ya,” ujarnya merujuk kebiasaan Presiden yang suka bagi-bagi sepeda.
Maret tahun lalu, Presiden Jokowi memang pernah menggelar kuis di Facebook dan diikuti oleh 112.283 netizen dengan hadiah sepeda. Kuis tersebut dilaksanakan selama enam hari (19-24 Maret). Jumlah tersebut kalah jauh dibandingkan dengan komen selama empat hari terakhir, padahal tanpa hadiah apapun, apalagi sepeda.
Di medsos meme, grafis, video bully-an terhadap Presiden Jokowi juga tak kalah serunya. Situasinya sungguh heboh, jauh lebih heboh dibandingkan dengan saat Setya Novanto ditangkap KPK, karena kejedot tiang listrik. Saat itu netizen tampak bersenang-senang, adu kreatif meledek Setnov. Begitulah tabiat netizen, sering bersenang-senang di atas “penderitaan” orang lain.
Sampai Kamis (22/2) pagi, komen dan bully-an terhadap akun Jokowi masih terus berlanjut. Petugas admin akun Presiden sampai terpaksa harus menghapus ratusan ribu komen, terutama yang sifatnya sangat kritis terhadap Jokowi. “Tolong sampaikan pada Dilan. Yang berat itu bukan rindu. Tapi hapusin ratusan ribu komen bully-an. Colek Pak #Jokowi. Jahahaha,” canda seorang nitizen bernama Ismi Amariah.
Harus berubah
Fenomena perundungan (bullying) terhadap akun-akun Presiden Jokowi ini sungguh sangat mengejutkan. Apalagi dipicu “hanya masalah sepele,” soal kesalahan protokoler yang seharusnya tidak perlu.