Eramuslim.com – Serbuan terhadap akun-akun medsos presiden datangnya seperti air bah. Angkanya tembus ratusan ribu, bahkan ada yang menyebut bisa tembus 1 juta, kalau saja tidak dihapus oleh admin akun Facebook Presiden Joko Widodo. Seorang warganet ada yang menghitungnya rata-rata sekitar 5.000 komentar yang masuk per jamnya.
Andai saja di media sosial dibolehkan mendapat pengawalan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), akun Facebook dan Instagram Presiden Jokowi pasti tidak akan begitu mudah diserbu netizen. Mereka bisa dengan sigap bertindak mencegah para netizen, seperti halnya ketika petugas Paspampres menghadang Anies Baswedan di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Sayangnya hal itu tidak mungkin. Orang sekelas Maruarar Sirait yang dikenal dekat dengan Presiden juga tidak bisa membuat daftar, siapa netizen yang boleh komen, maupun yang tidak. Semuanya bebas berkomentar. Bebas menyatakan suka, atau tidak suka. Bebas merayakan kemenangan Persija di Piala Presiden, tanpa harus menunggu aturan protokoler penyerahan piala secara resmi dari Presiden Jokowi.
Begitulah tabiat dunia maya. Semuanya tanpa batas, tanpa protokoler yang kaku. Bebas dan egaliter, tidak memandang kedudukan dan status sosial.
Fenomena itu kini sedang dialami oleh Presiden Jokowi. Akun Facebook dan Instragram-nya dibanjiri ratusan ribu komentar. Isinya sebagian besar ucapan selamat kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan karena klub sepakbola Persija menjadi juara Piala Presiden. Tapi banyak juga diantaranya yang mengritik dan mengecam Presiden Jokowi.
Jelas berbagai ucapan itu merupakan bentuk protes, kejengkelan, bahkan mungkin kemarahan dari netizen terhadap aksi penghadangan terhadap Anies Baswedan oleh Paspampres di GBK. Saat itu Anies yang sudah berdiri untuk mendampingi Presiden menyerahkan piala, terpaksa kembali duduk.