Sebaliknya kampanye Prabowo-Sandi di berbagai kota —termasuk di kota-kota— yang semula menjadi basis Jokowi sangat membahana. Situasi di lapangan membuktikan Prabowo berhasil merebut kantong-kantong suara Jokowi.
Pada Pilpres 2014 Prabowo hanya menang di 10 provinsi. Sementara Jokowi menang di 24 provinsi, termasuk pemilih di luar negeri. Selesih suara keduanya sebesar 8.4 juta. Prabowo hanya menang di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumsel, Jabar, Banten, NTB, Kalsel, Gorontalo, Maluku Utara.
Beberapa survei menunjukkan hampir seluruh provinsi di Sumatera sudah jatuh ke tangan Prabowo. Yang tersisa hanya Lampung.
Di pulau Jawa daerah penting seperti DKI Jakarta juga sudah jatuh ke tangan Prabowo. Yogyakarta, dan Jawa Timur sudah mulai berimbang. Tinggal Jawa Tengah posisi Jokowi masih perkasa, namun mulai goyah.
Di Indonesia Timur posisi Jokowi juga mulai goyah. Daerah terkuat seperti Sulsel dipastikan jatuh ke tangan Prabowo. Jokowi masih berhasil mempertahankan kantong suara di wilayah non muslim seperti NTT, Bali, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Utara.
Namun melihat arus besar yang sedang bergerak, ada kemungkinan terjadi migrasi suara besar-besaran di kawasan ini. Apalagi dalam debat tadi malam Prabowo berhasil secara cerdik mematahkan isu Islam radikal dan khilafah. Sebuah isu yang sengaja dimanfaatkan oleh kubu Jokowi untuk menakut-nakuti pemilih non muslim dan Islam sekuler.
Pendukung Prabowo-Sandi juga kian militan. Mereka tidak hanya bersemangat menghadiri kampanye terbuka, tapi juga rela memberikan sumbangan dalam jumlah besar untuk kemenangan Prabowo.
Sebaliknya Jokowi terancam ditinggalkan para pendukungnya. Ada yang memutuskan tidak memilih (Golput), namun ada juga yang menyeberang ke kubu Prabowo menjadi “muallaf” politik. Mereka kecewa, dan merasa tertipu karena salah memilih presiden.
Dalam dua hari terakhir sebuah surat terbuka yang ditulis oleh Linda Christanty berjudul “ Selamat Tinggal Pak Jokowi” viral di media sosial. Linda sastrawan dan wartawan yang banyak mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri, pada Pilpres 2014 merupakan pendukung berat Jokowi.
Banyak figur terkenal seperti Linda yang menyesal dan memutuskan meninggalkan Jokowi. “ Saya juga muallaf politik mas. Dulu kesana, malah ikut konser Salam Dua Jari. Sekarang nyesel,” ujar presenter top Arie Untung.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ( 2006-2010) Izzul Muslimin termasuk salah satu tokoh yang memutuskan hijrah dan menjadi muallaf politik. Dia saat ini sangat aktif mendukung Prabowo dan menggalang dukungan di kalangan warga Muhammadiyah. Di mendirikan gerakan Aliansi Pencerah Indonesia (API).
Pada Pilpres 2014 Izzul membentuk Relawan Matahari mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. “Kalau 2014 saya salah memilih itu namanya orang yang tertipu. Tapi kalau 2019 masih tetap memilih orang yang sama itu namanya orang bodoh,” ujar mantan politisi Partai Hanura itu.
Gabungan antara sulitnya mengerahkan massa pendukung, dan banyaknya pemilih golput, maupun migrasi ke kubu Prabowo membuat Jokowi sangat tertekan. Emotional breakdown, dalam stadium sedang menuju berat.
Menyaksikan perdebatan keempat yang menunjukkan superioritas Prabowo dan tanda-tanda Jokowi sudah mengibarkan bendera putih, dipastikan akan membuat mental pasukan pendukungnya kian tertekan.