Kendati disampaikan secara simbolis, namun pesan Jokowi sangat jelas. Terang benderang. Cetho welo-welo, kata orang Jawa. Tidak perlu ada penafsiran lain.
Sejak memasuki arena panggung debat, penampilan Jokowi sudah tidak meyakinkan. Dia seperti orang yang mengalami emotional breakdown, nervous breakdown.
Tampilannya seperti seorang petinju yang terpaksa naik ring. Dia sudah kalah sebelum bertanding. Padahal dia juara bertahan yang harus mempertahankan sabuk juaranya.
Secara psikologis emotional breakdown dikategorikan sebagai situasi penuh stres yang bisa membuat seseorang tak mampu berfungsi secara normal. Biasanya disebabkan oleh stres dan rasa cemas saat seseorang merasa kewalahan ketika menghadapi sebuah situasi yang tidak bisa dia kendalikan.
Tanda-tanda itu terlihat dari ekspresi fisik, maupun ucapannya. Tepat sepekan sebelumnya di Stadion Kridosono Yogya (23/3) Jokowi menyatakan akan melawan para penentangnya setelah 4.5 tahun difitnah dan berdiam diri. “Tetapi hari ini di Yogya saya sampaikan, saya akan lawan! Ingat sekali lagi, akan saya lawan!,” ujarnya dengan suara meninggi.
Teriakan Jokowi terdengar seperti orang yang tak berdaya dan putus asa. Padahal Jokowi adalah seorang inkumben. Seorang presiden yang tengah menjabat dan sangat berkuasa.
Pekan pertama kampanye terbuka tanda-tanda Jokowi akan mengalami kekalahan semakin nyata. Seperti sudah diprediksi, Jokowi apalagi Ma’ruf Amin sangat kesulitan mengerahkan massa pendukung. Mereka terpaksa melakukan mobilisasi agar kampanye terlihat meriah. Ma’ruf malah memilih berkunjung ke pondok pesantren, atau mengumpulkan para santri dalam kampanye terbuka.