Tanpa pemasukan dari tarif tol, PT Jasa Marga sebagai pengelola jembatan dipastikan harus merogoh kocek sendiri untuk perawatan dan perbaikan jembatan. Hal ini bagaimanapun akan membebani keuangan perusahaan plat merah itu. Ujung-ujungnya juga akan semakin membebani APBN.
Menilik kondisi keuangan pemerintah yang cukup berat, bila kalkulasinya hanya ekonomi, langkah Jokowi ini sulit untuk dipahami. Belum lagi dampak politik dan ekonomi bila muncul tuntutan serupa untuk sejumlah ruas jalur tol lainnya. Bukankah superti kata Jokowi, ini tidak ada urusannya dengan politik. Tapi urusan keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Untuk kepentingan politik dan mempertahankan kekuasaan, tampaknya tidak semua bisa dicerna dengan logika dan akal sehat. Kalau perlu semua aturan, dan pertimbangan akal sehat, ditabrak.
Bill Murray seorang aktor dan komedian terkenal Amerika secara bercanda pernah menyatakan “Common sense is a lot like deodorant. The people who need it most, never use it”.
Akal sehat itu seperti deodoran. Orang yang sangat membutuhkannya, justru tidak pernah memakainya. [kl/sw]
Sumber: https://www.hersubenoarief.com/artikel/ada-luhut-di-jembatan-tol-suramadu/