Eramuslim.com – Saya ikut mendengar pidato Yusril Ihza Mahendar (YIM) di depan Kongres Umat Islam (KUM) di Medan, awal April 2018. Tadi, saya lihat lagi rekaman pidato itu. Sungguh sangat tak bisa dipahami manuver ketum Partai Bulan Bintang (PBB) itu untuk menemui Presiden Jokowi. Tak masuk akal. Tapi, itulah kenyataannya. Akan diatur jadwal pertemuan YIM dan Jokowi.
Sebelum ini, Yusril telah bertemu dengan kubu Prabowo Subianto (PS). YIM menanyakan apa yang akan didapat PBB kalau mendukung Prabowo-Sandi. Dia menginginkan agar PBB bisa masuk lagi ke DPR dengan perolehan suara minimal 4%. Tetapi, kata berbagai laporan, Sandiaga Uno tak bisa memastikan permintaan YIM.
Di kubu Jokowi, Yusril disebut-sebut akan diterima dengan senang hati oleh Jokowi langsung. Para petinggi kubu Jokowi akan memfasilitasi pertemuan ketua PBB itu dengan Presiden. Secepatnya.
Mengingat kembali ucapan YIM di acara KUM di Medan, menurut hemat saya tidaklah pantas ketum PBB itu bertemu dengan Jokowi. Apatah lagi sampai berkoalisi dengan petahana.
Ini yang dikatakan oleh YIM merujuk ke Pak Jokowi. Menurut Yusril, tidak ada hubungan antara muka “ndeso” dengan kebijakan yang dibuatnya. Dia mengatakan, “Tampang ‘ndeso tak ndeso’ bisa saja menjadi diktator. Tampang ‘ndeso tak ndeso’ bisa saja pro-asing.”