Siapa yang memenangkan pemilu di Israel? Apakah sayap kiri-Partai Buruh, sayap-kanan Partai Likud, atau sayap-tengah Partai Kadima? Dan, apa dampak kemenangan kekuatan politik ekstrim kanan yang dipimpin Evigdor Lieberman? Pemilu di Israel, kali ini, menandakan adanya kebangkitan Zionisme, yang sangat rasist, dan anti Arab.
Dan, tidak lama lagi, perang akan berkobar di tanah Palestina dan Arab.Sekarang ini tidak penting partai mana yang menjadi pemenang pemilu Israel. Tidak layak diperdebatkan menilai sisi perbedaan dari partai-partai yang ada, karena hakekatnya semua partai di Israel mempunyai sikap yang sama, yaitu sangat rasist dan anti Arab.
Rakyat Israel yang tergorganisir melalui gerakan politik, yang dilembagakan melalui partai-partai yang ada, terus dipupuk dan mengental, sikap kebencian dan rasisme, terhadap orang-orang Arab dan Palestina. Partai-partai yang mempunyai sikap paling rasist, paling ekstrim dan anti Arab, terus meningkat dan mendapat simpati serta dukungan dari rakyat Israel. Hakekatnya, kelompok inilah yang menjadi pemenang pemilu Israel. Pandangan ideologi dan theori politik yang digagas oleh Jabotinsky, sekarang dianut, hampir setiap orang Israel.
Doktrin Jabontinsky, menegaskan bahwa mustahil rakyat Arab, secara sukarela menerima proyek Zionist. Jabontinsky menulis dalam sebuah buku : “Penjajahan Zionis harus berhenti, atau melanjutkan penjajahan, sampai menghabiskan penduduk asli (Arab), dan ini berarti hanya dapat dilanjutkan dengan perlindungan kekuatan kekuasaan ”, tulisnya. Hanya dengan kekuasaan yang kuat dapat menegakkan proyek Zionisme di Israel.
Pemandangan yang mengerikan dan sangat absurd telah lahir di tanah Palestina sejak berdirinya negara Zionis-Israel. Negara penjajah Israel itu, yang kebanyakan dipimpin para imigran dari Eropa dan Rusia, benar-benar mempraktekan rasisme yang sangat ekstrim. Belum ada bandingan dalam sejarah kemanusiaaan. Afrika Selatan yang mempraktekan sistem apartheid (rasial) telah berakhir.
Di Israel ideologi rasisme semakin bertambah kuat, dan menjadi dasar berpolitik setiap partai di negeri Zionis Itu. Dan, hari ini politik rasisme yang mengental itu, mendapatkan bentuk dalam pemilu di Israel. Di mana pemilu yang baru berlangsung dimenangkan dengan suara mayoritas oleh kaum rasisme.
Perhatikan, Partai Sayap Kiri-Buruh yang memerintah dari tahun 1948 sampai 1970, yang dipimpin David Ben Gurion, ternyata penganut pemikiran ideologi Jabontinsky, yang rasis dan sangat ekstrim, maka dengan kekuasaannya, serta nampak Ben Gurion yang memimpin Partai Buruh, meninggalkan sikap moderatnya.
Selama ia bekuasa telah terjadi beberapa kali peperangan dengan negara-negara Arab. Dengan dukungan negara-negara Barat (AS, dan Eropa), Ben Gurion menyapu ‘bersih’ tanah-tanah Arab, dan mengusir penduduknya melalui perang yang berlangsung di tahun 1956, 1967, dan 1973. Tiga kali perang besar yang berlangsung selama pemerintahannya Ben Gurion, menyusutkan secara drastis tanah-tanah yang dimiliki orang Arab, dan mengusir penduduknya, sebaliknya semakin luasnya yang dimiliki penjajah Israel.
Pemenang hadiah Nobel perdamaian Shimon Peres, yang sekarang menjadi presiden Israel, terlibat pembantaian di Qana, dan sekarang juga terlibat pembantaian missal di Gaza. Shimon Peres berasal dari Partai Buruh, dan bersahabat dengan mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid. Partai Buruh yang dipimpinnya, ketika berkuasa membuat kebijakan yang memperluas pemukiman Yahudi, baik di Gaza maupun di Tepi Barat, dan mendatangkan orang-orang Yahudi Eropa. Partai Buruh, yang seperti nampak ‘mulia’, tetap saja ketika berhadapan dengan orang Arab, yang menjadi dasar sikapnya adalah rasisme yang ekstrim.
Sementara kelompok sayap kanan-Partai Likud, sejak mengambil alih kekuasaan tahun 1977, di bawah pimpinan Menachem Begin, Israel menyerang Libanon Selatan, dan membunuh tidak kurang 30.000 warga Palestina dan Libanon. Begin yang memimpin pemerintahan sebagai perdana menteri, menginstruksikan Menteri Pertahanan Ariel Sharon, membantai habis warga Palestina, yang tinggal di Kamp Sabra dan Satila. Dan, pasukan Israel yang dipimpin Ariel Sharon bekerjasama dengan milisi Kristen Maronit.
Adapun, Partai Kadima yang didirikan Ariel Sharon, dan jelmaan Partai Likud, dan sekarang dipimpin Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni, yang mengalahkan Olmert setelah kalah dalam perang di Libanon tahun 2006. Olmert yang masih menjadi perdana menteri, bersama dengan Tzipi Livni, terlibat dalam perang dan genoside, yang mengakibatkan 1300 orang Palestina di Gaza tewas, dan ribuan lainnya luka. Partai Kadima yang merupakan warisan Ariel Sharon, penuh dengan gelimangan darah rakyat Gaza.
Dalam doktrin politik yang ada, terminologi partai berhaluan kiri, mencerminkan kelas perjuangan serta sikap mengenai kolonialisme, dan gerakan kemerdekaan, maka sejak itu ‘sayap kiri’ berarti komunisme, sedangkan ‘tengah kiri’ adalah faham sosialisme atau sosialisme Febian (Febianisme), sedangkan kelompok ‘sayap kanan’ adalah konservatif kapitalisme. Sekarang, kategori-kategoi itu, tak berlaku di Israel. Karena baik yang ‘sayap kiri’, ‘tengah kiri’, dan ‘sayap kanan’, semua mereka sama, sangat rasis dan sangat ekstrim, serta anti Arab.
Pemilu di Israel yang berlangsung 10 Februari, hanyalah menunjukkan semakin meningkat dan mengentalnya aroma rasisme dan ekstrimisme di Israel. Dan, partai-partai yang anti Arab, mendapatkan dukungan yang paling kuat. Termasuk yangi dipimpin Avigdor Lieberman, yang terang-terangan akan mengusir orang-orang Israel, yang keturunan Arab, karena mereka dianggap tidak memiliki loyalitas. Pemilu kali ini, juga menggambarkan kekuatan aliran pemikiran Jabontinsky, semakin berakar dikalangan rakyat Israel. Hal ini terbukti dengan kemenangan partai berhaluan kanan, seperti Likud, Yeisrael Beitenuo, Shas, yang nantinya menjadi koalisi besar, dan akan mendudukkan tokoh ultra kanan, Benyamin Netanyahu menjadi perdana menteri.
Kita hanya menunggu dan melihat akan terjadinya kekacauan yang lebih dahsyat di kawasan Timur Tengah dan Palestina. Mereka (Yahudi-Nashrani) tak akan pernah henti-hentinya memerangi kaum muslimin. Songsonglah mereka. (m/mz/alhyt)