Prof Din Syamsuddin Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, serta tokoh yang malang melintang dalam organisasi perdamaian dunia. Menjadi pengurus di lembaga-lembaga yang menyerukan pentingnya toleransi antar agama. Tak ada bawaan atau watak membuat makar atau yang para sampah sebut radikal.
Aneh jika Ketua MWA Yani Panigoro “ngotot” untuk menyingkirkan Prof Din, apakah karena ia adalah tokoh Islam yang kritis? Jaringan luas yang dimiliki sangat membantu untuk merealisasikan semangat ITB sebagai a world class university. Sayangnya keluasan itu berbalas kesempitan pandangan di internal ITB sendiri. Memasung kebebasan akademik.
Secara pribadi bagi seorang Din Syamsuddin diyakini tidak terlalu penting untuk tetap menjadi anggota Majelis Wali Amanat. Dengan mudah untuk mengundurkan diri. Akan tetapi budaya intoleran, menekan, dan radikal oleh gerakan palsu anti radikalisme adalah merendahkan martabat alumni perguruan ternama di kota Bandung ITB.
Sungguh sangat prihatin pada kehancuran dunia kampus di Indonesia. Para akademisi yang semestinya berfikir obyektif, analitis, logis, serta kritis nampaknya telah dirusak oleh kekuatan kolonialis, pragmatis, dan mungkin agen kapitalis atau komunis. Para Pencercah berhati kusam.
Sebenarnya tak ingin mencampuri urusan yang bukan almamater sendiri, tapi hati ini teriris dan harus berteriak kepada kekuatan para penjajah. Anda telah berhasil menghancurkan kampus-kampus kami!.
Untuk saat ini. Tapi yakinlah tidak untuk selamanya. Kami segera merdekakan! (*glr)
Bandung, 28 Juni 2020
Penulis: M. Rizal Fadillah