Lagi-lagi, ini diantaranya terkait soal kesungguhan dan kemampuan menyediakan anggaran, baik daerah maupun pusat. Sayangnya, hanya 87,5 T dari anggaran covid-19 yaitu 905 T yang dipakai untuk tangani kesehatan. Kurang dari 10%. Sisanya? Silahkan tanya ke Abu Janda dan Ade Armando.
Uniknya, ada yang menyerang Anies soal anggaran ini. Katanya, 10 T anggaran covid-19 di DKI, hasilnya banyak yang terpapar. Ini “goblok kok yo nemen”. Justru anggaran itu diantaranya digunakan untuk melakukan deteksi sebanyak mungkin warga yang terinfeksi. Setelah mereka ketahuan positif, segera ditangani agar penyebaran terkendali dan pandemi cepat selesai. Banyak daerah gak mampu ngikutin langkah cepat dan agresif Jakarta diantaranya karena keterbatasan anggaran.
Jika kemampuan anggaran sama besar, dan prosentase populasi yang dites kurang-lebih sama jumlahnya dengan Jakarta dan kota-kota lain di dunia, maka angka terinveksi covid-19 di banyak daerah pasti akan naik tajam. Sebaliknya prosentase kematian akan berangsur turun.
Nah, data di atas hanya dipahami oleh mereka yang otaknya lurus. Waras maksudnya. Kesimpulanya, cara membaca yang benar akan melahirkan kesimpulan yang benar. Cara baca yang salah akan membuat kesimpulan salah. Kecuali, memang ada niat untuk membaca dan menyimpulkan dengan salah. Ya, silahkan tanya ke istana.
Jakarta, 4 Oktober 2020 (*)
Penulis: Dr. Tony Rosyid