Eramuslim.com – Politik adalah seni mencari masalah, mendiagnosisnya secara salah dan memberi obat yang salah. Begitu kata penulis kenamaan Inggris di awal abad ke-20, Sir Ernest Benn.
Sejarah mencatat bagaimana pernyataan itu terbukti empiris. Kesalahan pemimpin besar Cina Mao Zedong menjadi contoh. Mao memang merupakan tokoh besar dalam perpolitikan Cina. Namun ketika dia menggunakan pendekatan politik dalam mengatasi persoalan pertanian, maka yang terjadi adalah bencana. Pada 1958, Mao menggulirkan kampanye pembasmian empat hama yang salah satunya adalah burung gereja. Walhasil ratusan juta burung gereja diburu rakyat Cina.
Kebijakan Mao membasmi burung gereja ternyata keliru besar. Hilangnya burung gereja malah membuat populasi hama serangga meledak. Nyatanya, efek hama serangga yang selama ini menjadi santapan burung gereja, jauh lebih dahsyat. Akibat dari kebijakan membasmi burung gereja, Cina dilanda gagal panen besar. Sekitar 15 hingga 46 juta rakyat pun mati kelaparan.
Apa yang terjadi di Cina menjadi contoh bagaimana pendekatan politik negara yang salah mendiagnosis permasalahan.Negara kerap salah mendiagnosis permasalahan yang terjadi di akar rumput. Padahal diagnosis masalah adalah hal yang amat penting dalam mengobati persoalan.
Dalam ilmu kesehatan, seorang dokter dituntut bisa untuk mendiagnosis penyakit dari penelusuran gejala-gejala yang timbul. Dengan diagnosis yang tepat, obat yang diberikan pun akurat. Sehingga penyakit bisa cepat sembuh.
Sebagai contoh, seorang yang menderita penyakit asam lambung biasanya menderita gejala seperti sulit bernapas. Jika obat yang diberikan adalah obat untuk membantu pernapasan, praktis hal itu hanya sekadar meringankan gejalanya saja. Namun penyakit utamanya, asam lambung, belum tertangani.
Inilah analogi yang kerap terjadi di negeri ini. Terkadang, pemangku negara hanya mengatasi gejala permasalahan, namun inti persoalan tak pernah diselesaikan. Polemik terkait Habib Rizieq Shihab (HRS) bisa kita bedah dari pertanyaan, apakah pentolan FPI itu adalah masalah utama atau sekadar gejala dari persoalan utama?