Pengaruh Jihad Palestina
Ketangguhan Mujahidin Hamas dan faksi lainnya menghabisi pasukan Yahudi yang menyerang Gaza, kesabaran dan mental kuat masyarakat Gaza menghadapi genosida yang dilakukan Yahudi, pengeboman terhadap puluhan masjid, sekolah, rumah sakit dan infrastruktur lainnya, penutupan akses bantuan sosial di Rafah (perbatasan Gaza dengan Mesir) yang dilakukan Yahudi, perlakuan sangat baik Brigade lzzuddin Al-Qassam dan Saroya Al-Quds terhadap para tawanan mereka telah melahirkan berbagai hal yang sangat besar dalam sejarah umat manusia masa kini, baik dalam skala lokal (Palestina), regional maupun global. Di antaranya :
Peta sosial demografis Palestina sudah berubah sangat signifikan, di mana lebih 80% masyarakat Palestina, baik yang berada dalam wilayah jajahan Zionis Yahudi maupun yang terusir ke luar negeri mendukung gerakan perlawanan sampai Palestina merdeka. Dukungan besar seperti ini belum pernah terjadi selama 75 tahun penjajahan Yahudi atas Palestina.
Begitu pula peta dunia Islam dan global. Dukungan kemerdekaan Palestina kita saksikan dalam 50 hari belakangan mengalir di seluruh penjuru dunia dan Hamas tidak lagi dinilai sebagai gerakan teroris, seperti yang selam ini disematkan pada mereka.
Dalam setiap momen, Presiden Turki, Rajab Thayip Erdogan dan Anwar Ibrahim, PM Malaysia selalu mengatakan: *Hamas adalah partai atau organisasi perjuangan kemerdekaan Palestina, mereka saudara kami, bukan teroris.*
Bahkan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan PM Belgia Alexander de Croo saat mengunjungi perbatasan Gaza-Mesir, Jumat (24/11/2023), menyatakan ingin mengakui kemerdekaan Palestina. Pernyataan mereka di dekat pintu pelintasan Rafah itu memicu kemarahan Israel.
Cara Hamas dan gerakan Jihad lainnya dalam memperlakukan dan membebaskan para tawanan perang juga telah membuat hati masyarakat dunia tertawan. Sungguh betapa mulianya akhlak para Mujahid Palestina, kendati dalam kondisi dijajah, diperangi, dizalimi dan dibunuh masyarakatnya dengan keji dan biadab.
Yahudi dan negara-negara Barat Kristen yang selama ini mendengungkan hak asasi manusia, kemanusian, persamaan dan sebagainya hanya slogan kebohongan kosong yang menipu, hampa makna dan tidak ada faktanya dalam kehidupan nyata. Tetap saja rasis sepanjang sejarahnya.
Kesabaran masyarakat Muslim Gaza dalam menghadapi musibah kezaliman pasukan Zionis Yahudi yang tiada tara selama puluhan tahun, telah pula mengetuk hati banyak manusia Eropa, Amerika dan dunia untuk mempelajari Al-Qur’an dan Islam, sehingga seruan *ayo membaca Al-Quran* di AS menjadi trend sekitar hampir dua bulan belakangan ini.
Serangan serentak udara, darat dan laut yang dilakukan Hamas dengan nama *Badai Al-Aqsha* dan perjalan pertempuran sengit melawan tentara-tentara agresor Yahudi Israel selama 50 hari terakhir, telah membuktikan kepada dunai bahwa Negara Jadah Yahudi bernama Israel yang telah berusia 75 terbukti bagaikan sebatang pohon tua yang sudah keropos.
Buktinya, tidak berdaya melumpuhkan Hamas dan gerakan jihad lainnya di Gaza yang luasnya hanya 1.33/% dari total bumi Palestina, apalagi menghabisinya seperti sering digembar-gemborkan para pemimpin Zionis Yahudi sejak 3 dekade belakangan. Padahal Israel selama ini diklaim negara terkuat di kawasan Timur Tengah, bahkan memiliki senjata nuklir.
Kalaulah bukan karena dukungan habis-habisan Amerika dan negara-negara Eropa, termasuk negara-negara Arab di sekitar Palestina, Yahudi dan negara haram mereka bernama Israel itu telah musnah di tangan Mujahidin Hamas dan faksi jihad lainnya. Kaum Yahudi akan diaspora lagi di berbagai belahan dunia, khususnya di negara-negara Eropa dan Rusia sebagaimana nasib mereka sejak Nabi Sulaiman wafat sampai 1948 M, atau selama 2.500 tahun.
Sekarang Yahudi penjajah Palestina dan negara yang mereka dirikan di atas bumi Palestina yang dirampok Inggris sejak 1918 dan kemudian diserahkan ke Zionis Yahudi tahu 1948, menunggu nafas terakhirnya, in syaa Allah.
Kapan Palestina Merdeka?
As-Syahid Syeh Ahmad Yasin, rahimahullah, tokoh sentral pendiri Hamas pernah memprediksi kehancuran Israel di tahu 2027. Artinya, sekitar 4 tahun lagi.
Belajar dari sejarah penjajahan pasukan Salib Perancis dan Eropa saat berhasil menduduki/menjajah Palestina selama 82 tahun (1105 – 1187), maka untuk membebaskan Palestina dan mengembalikannya ke pangkuan umat Islam perlu waktu 80 tahunan dan perlu tiga generasi.
Fakta sejarahnya, Pemimpin Besar Jihad pembebasan Palestina dari penjajahan Salibis Eropa, Shalahuddin Al-Ayubi itu generasi ketiga dan sebelumya didahului dua generasi, yakni Maudud Bin Altuantikin dan Imaduddin Zanki bersama anaknya Nuruddin Mahmud Zanki. Mereka ini keturunan Saljuk (Turki). Setelah mereka wafat, Allah munculkan Shalahuddin Al-Ayubi, keturunan Kurdistan.
Di antara catatan penting lainnya, untuk mengalahkan dan mengusir pasukan Salib Perancis dan Eropa lainnya dari seluruh wilayah Palestina, Shalahuddin terlebih dahulu menguasai Gaza, kemudian Asqolan atau sekarang dinamakan Ashkelon oleh Zionis Yahudi setelah mereka kuasai. Setelah serangan ribuan roket Hamas ke Asqolan sejak 7 Oktober lalu, kota yang dibangun Zionis Yahudi itu telah menjadi kota hantu, alias. Puluhan ribu masyarakat Yahudi yang mendudukinya sudah kabur.
Nah, penjajahan Zionis Yahudi atas Palestina sudah berjalan 75 tahun. Jika diasumsikan pembebasan Palestina dari penjajah Zionis itu dimulai pertama kali oleh Imam Hasan Al-Banna dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin tahun 1948 dan kemudian diteruskan oleh Syekh Ahmad Yasin sebagai generasi kedua tahun 1987 (39 tahun berikutnya).
Syekh Ahmad Yasin Syahid 22 Maret 2004 di Gaza dirudal pasukan udara Yahudi dengan menggunakan Helikopter Tempur Apache.
Setelah Beliau Syahid, perjuangan Jihad membebaskan Palestina diteruskan oleh generasi berikutnya, yakni generasi ketiga.
Jika pembebasan Palestina dari pasukan Salibis Perancis dan Eropa lainnya memerlukan waktu sekitar 82 tahun, maka kehancuran, kekalahan dan pengusiran Zionis Yahudi dadalah dalam 7 tahun ke depan.
Dalam masa 7 tahun itulah Palestina merdeka dari penjajahan Zionis Yahudi, in syaa Allah.