Coba perhatikan bagaimana reaksi Jokowi dalam kedua isu tersebut. Semuanya datar dan landai-landai saja.
Soal Nobar Jokowi hanya berkomentar pendek “perlu dibuat versi baru yang sesuai dengan generasi milineal.” Tidak ada pelarangan, apalagi kecaman bahwa film tersebut sebagai propaganda Orde Baru seperti yang dikatakan oleh para politisi PDIP dan para penentang Nobar.
Pada isu 5.000 senjata Jokowi mengatakan masalahnya sudah selesai. Gatot sudah menemuinya di Pangkalan Militer Halim Perdana Kusuma (26/9). “Ya, tadi malam, setelah saya dari Bali, (Panglima TNI) sudah bertemu saya di Halim. Sudah dijelaskan. Saya kira penjelasan dari Menko Polhukam sudah jelas. Saya kira tidak usah saya ulang lagi,” ujarnya.
Pilihan tempat bertemu dengan Gatot dan penjelasan dari Jokowi tidak menunjukkan ada sesuatu yang genting, gawat darurat seperti yang digambarkan oleh media, apalagi medsos.
Ekspresi Jokowi ketika menjelaskan hal itu juga tampak datar dan disertai senyum.
Satu hal lagi yang barangkali luput dari perhatian, masalah tersebut “cukup” hanya ditangani oleh Menko Polhukam Wiranto. Biasanya untuk beberapa hal yang dianggap sangat genting, Luhut Panjaitan sebagai orang kepercayaan Jokowi selalu turun tangan.