by M Rizal Fadillah
Anak-anak Jokowi memang kurang ajar. Belajar dimana juga tidak jelas. Ambisinya saja yang gede tanpa mengukur diri. Kaesang ujug-ujug jadi Ketum partai tanpa reputasi dan modal politik. Merekayasa umur supaya bisa jadi Gubermur. Piknik berfoya-foya pakai jet pribadi berakibat dugaan gratifikasi atas diri atau bapaknya.
Gibran terduga berijazah atau bersekolah palsu membodohi rakyat lewat Putusan MK. Tidak malu dikarbit bapak yang ramai juga dipersoalkan ijazahnya. Skandal kesehatan mental Fufufafa melanda Wapres jadi-jadian itu. Indonesia menolak pemimpin yang berotak ngeres, cabul dan jago ngibul.
Ganyang Gibran.
Gibran gagal ngeles sana sini, yang jelas stress. Wapres yang sudah di depan mata bisa wes ewes bablas angine. Berdampak pada keamanan, kenyamanan dan keselamatan keluarganya. Jokowi and his family. Tidak mewujud keluarga yang bahagia, sebaliknya bisa menjadi keluarga bencana atau malapetaka. Gempa pun mulai terasa. Fufufafa berspektrum luas dan berskala raksasa.
Ganyang Gibran disetarakan dahulu dengan ganyang PKI. Gibran membunuh etika dan moral, PKI membunuh Jenderal. Gibran menghina Nabi, PKI menyerang HMI dan Masyumi. Gibran mengotak-atik MK, PKI mempengaruhi Istana. Gibran melecehkan kehidupan bernegara, PKI malah mencoba kudeta. Adakah Gibran itu terkait PKI ? Cucu Sulami atau Sudjiatmi ? Yang pasti Gibran itu anak Jokowi.
Keluarga Istana di ujung masa jabatan justru menjadi sorotan. Borok-borok mulai terbongkar dengan tanpa sengaja, Yang Maha Kuasa telah membuka aib-aib yang selama ini ditutupi. Sepuluh tahun berkuasa dengan semena-mena, berakhir dengan hina. Fakta-fakta berbicara tanpa bisa dipoles dengan citra dan pura-pura.
Ganyang Gibran.
Ganyang Gibran mulai membahana memekik telinga. Muak, jengkel, ngeri, marah, dendam dan sesak telah menyatu dalam dada. Mengapa harus mendapat pemimpin sejenis asam kimia ? Rakyat adalah manusia berakal sehat bukan domba-domba yang tak memiliki rasa. Saatnya untuk kepalkan tangan dan tegakan kepala. Tolak pemimpin yang bukan manusia.
Ganyang Gibran.
Sejak debat sudah hilang adab, anak katak ingin melompat-lompat. Setelah menang dengan cara biadab, anak bapak semakin tidak bermartabat.
Kini tersandung batu kerikil, yang membuat terguling-guling . Samsul si Bocil, mulai pusing tujuh keliling.
Kasihan bangsa
yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di kuburan, tidak sesumbar kecuali di reruntuhan, dan tidak berontak kecuali lehernya sudah berada di antara pedang dan landasannya
Kasihan bangsa
yang negarawannya srigala
filosofnya gentong nasi dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru
—Kahlil Gibran—
Indonesia bakal menanggung malu berat di mata dunia jika punya Wapres model Gibran yang bukan Kahlil tetapi Rakabuming Raka.
Ganyang Gibran…Ganyang Gibran…Ganyang Gibran..!
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 26 September 2024