Oleh Asyari Usman
Sebenarnya, sudah banyak yang memprediksi Ganjar Pranowo akhirnya akan menjadi capres PDIP. Dan itulah yang terjadi.
Pencapresan Ganjar oleh PDIP hari ini, Jumat 21 April 2023, mengirimkan pesan yang berlapis-lapis. Karena itu, para pemerhati, kolumnis, dan komentator politik akan kebanjiran sudut penulisan politik pilpres.
Pesan yang berlapis-lapis itu dirancang untuk menyasar banyak pihak. Kalau di medan perang, sama seperti “cluster bomb” (bom klaster) yang bertujuan untuk mengenai banyak target.
Singkatnya keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencapreskan Ganjar setidaknya membuat banyak orang gigit jari.
Kita tengok siapa-siapa saja yang bakal gigit jari akibat pencapresan Ganjar oleh Megawati. Pertama dan utama adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri. Mulai hari ini, Ganjar tidak bisa lagi mengancam-ancam Bu Mega dengan berintimasi bersama Jokowi. Bu Mega memutus “tali wayang” Ganjar dari tangan Jokowi.
Secara teoretis, Bu Mega sekarang menguasai Ganjar. Dan narasinya pun “penugasan” sebagai capres. Dampaknya adalah bahwa mulai sekarang Ganjar akan dikawal ketat oleh tim pilpres PDIP. Dia tidak bisa tampil sesuka hati dan berucap seenaknya.
Tali wayang Ganjar akan dipegang oleh PDIP, dalam hal ini Bu Ketua Umum. Dia diisolasi dari Jokowi, baik terkait dengan arah politik maupun transaksi-transaksi dukungan. Kita baru saja melihat sendiri ketika Ganjar dipaksa oleh pimpinan PDIP untuk menentang keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20 yang menyebabkan Indonesia dicoret dari posisi tuan rumah.
PDU-20 ini merupakan isyarat bahwa Bu Mega masih kuat dan lebih kuat dari posisi politik Jokowi. Untuk urusan Ganjar seterusnya, Jokowi tidak akan bisa menyuntikkan apa-apa ke benak Ganjar. Sebab, tujuan Bu Mega mencapreskan Ganjar adalah untuk memutus pengaruh Jokowi.
Bukankah setelah duduk di kursi presiden, kalaupun Ganjar bernasib baik nantinya, dia bisa melakukan desersi dari PDIP? Kelihatanya tidak mudah. Hampir pasti tak mungkin. Karena, setelah menjadi presiden pun Ganjar akan dikendalikan oleh Bu Mega dan timnya.
Pertanyaannya, mengapa Bu Mega perlu memutus pengaruh Jokowi atas Ganjar? Jawaban untuk pertanyaan ini sekaligus menyebutkan nama berikutnya yang bakal gigit jari. Yaitu, Luhut Panjaitan. Bu Mega tidak sudi sedikit pun sentuhan Luhut pada Presiden Ganjar Pranowo. Jadi, Luhut masuk ke dalam geng gigit jari.
Selagi Bu Mega hidup, Presiden Ganjar tidak akan bisa ditarik oleh Jokowi –apalagi oleh Luhut. Dari sini, pesan berlapis lainnya adalah bahwa PDIP ingin menegaskan bahwa Presiden Ganjar harus benar-benar lepas dari cengkeraman oligarki. Luhut adalah ruh oligarki bisnis Indonesia. Dialah fasilitator pengurasan kekayaan bumi negeri ini tanpa batas. Luhut tidak akan bisa menawarkan diri menjadi pembantu Ganjar, kelak.
Dengan kesadaran nasionalisme Mega, tidak ada lagi tempat bagi oligarkisme yang didalangi oleh Luhut. Begitu teorinya. Kita lihat saja bagaimana implementasinya.
Diperkirakan, Bu Mega akan kembali ke khittah PDIP sebagai kekuatan prorakyat, prokeadilan. Mengapa? Karena Bu Mega sadar bahwa masa baktinya untuk rakyat tidak panjang lagi. Petualangannya dengan kemewahan dan duit sudah cukup. Sama seperti perasaan Surya Paloh yang bertekad kuat untuk menjadikan Anies Baswedan presiden Indonesia.
Ada yang berpendapat, pencapresan Ganjar oleh Bu Mega menunjukkan Bu Ketum tunduk pada tekanan Jokowi. Keliru total. Mega malah memperlihatkan kelihaiannya. Selama ini beliau tidak memberikan ruang kepada Ganjar. Gubernur Jawa Tengah ini dikucilkan. Sampai akhirnya Jokowi kehilangan harapan untuk memajukan Ganjar. Dia tak laku dijual ke sejumlah partai lain. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PAN, PPP yang dibentuk untuk Ganjar, tidak solid. Para pemimpin ketiga partai ini hanya takut masuk penjara kalau tidak ikut. Padahal, KIB tidak serius.
Kombinasi antara Ganjar “dibuang” Bu Mega dan KIB yang pura-pura, akhirnya mendorong Jokowi mendekati Prabowo Subianto. Ketum Gerindra ini dielus-elus oleh Jokowi. Aura Jokowi dikatakan mulai pindah ke diri Prabowo. Pemegang rekor capres-cawapres gagal ini digadang-gadang untuk menggantikan Ganjar yang semakin redup. Hanya angka-angka “soor-pay” yang masih berpihak ke Ganjar. Dari redup, dia kemudian padam.
Di sinilah kehebatan Bu Mega. Setelah Ganjar ditinggal Jokowi, yang merasa makin mantap dengan Prabowo, Bu Ketum pun merangkul kembali Ganjar dan mencapreskannya. Langkah Bu Mega ini sekaligus mengirimkan pesan kepada Prabowo bahwa Bu Ketum tidak akan pernah rela melihat mantan Danjen Kopassus itu menjadi presiden.
Jadi, lebih kurang hari ini kita menyaksikan Bu Mega menampar Jokowi, Luhut dan Prabowo sekaligus. Drama ini akan makin seru.[]
21 April 2023
(Wartawan Senior Freedom News)
Analisis yg cerdas dan netral se7
Salah besar