Untuk memperkuat kubunya melawan China, konon Amerika ingin memperluas G7 dengan memasukkan sekutunya seperti Korea Selatan, Australia dan India. Rusia yang nampaknya masih netral juga akan dimasukkan. Mungkin menjadi G11.
Pertanyaan utamanya adalah senjata perang apa yang akan digunakan US dan teman temannya dalam menghadapi China yang sudah serba kuat itu?
Pertama, US dan kawan kawannya akan menarik investasi mereka dari China. Langkah ini tentu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi China yang bisa berakibat luas yaitu pengangguran, kemiskinan, pengurangan modal dan melambatnya perkembangan teknologi China.
Kedua, mengurangi perdagangan internasional dengan China.
Dua hal strategis itu (investasi dan perdagangan internasional) adalah sumber awal kekuatan ekonomi China. Bila kedua sumber kekuatan China itu di ganggu, kemungkinan akan menimbulkan ketidak-stabilan politik dalam negeri China.
Untuk mewujudkan ambisi mengisolasi kembali China, Pemerintah Jepang bersedia membiayai ongkos pindah investor Jepang dari China. Sedangkan Presiden Trump “memaksa” investor meninggalkan China dengan ancaman tarif.
Menilik besarnya investasi asing di China maupun ekspor China, dapat dipastikan bahwa bila benar kubu pro Amerika berhasil melaksanakan rencana tsb, China akan kedodoran dan kemungkinan menyerah. Karena bagi China pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih amat di perlukan untuk melanjutkan program kesejahteraan dan kemajuan China maupun stabilitas politik dalam negerinya.
Sementara lawan lawannya tentu saja ikut menanggung beban kerugian dari perang melawan China, tetapi tidak seberat beban yang di pikul China. Mengapa? Karena ekspor mereka ke China tidak sebesar impornya. Dan barang barang yang di impor dari China umumnya dapat di produksi sendiri meski lebih mahal. Bahkan barang yang di impor dari China itu dulunya sudah diproduksi sendiri. Sedangkan investasi yang di tarik dari China dapat dipindahkan ke negeri lain atau pulang kampung.
Kerugian lain dari perang dagang dan perang “ini itu” dengan China yang dimulai tahun 2018 itu sebenarnya amat luas dan memasuki hampir semua bidang. Nilai pasar atau kapitalisasi perusahaan perusahaan US ditaksir oleh The Fed telah turun USD1,7Triliun.
Pertumbuhan investasi di US juga turun 0,3% (2019) dan tahun 2020 diperkirakan turun 1,6%. Masih menurut studi The Fed, perusahaan2 US umumnya menanggung beban kenaikan harga akibat kenaikan tarif baik di US maupun di China.
Ketegangan kubu US dengan China yang praktis masih sendirian itu dari hari ke hari terus melebar dan terakhir ini mengancam pengusiran (sebagian) mahasiswa China yang jumlahnya mendekati 400.000 orang dari Amerika Serikat.
Pertanyaan simpel yang biasanya muncul adalah mengapa dunia tidak begitu heboh dan risau dengan supermasi Amerika Serikat, atau Uni Soviet, Jepang dan para penjajah Eropa yang dulu dulu itu?
Jawaban yang umumnya muncul adalah karena China mempunyai tendensi mengirimkan rakyatnya untuk dipindahkan ke negeri lain, khususnya ke negara berkembang.
Sementara US dan sekutunya tidak mempunyai keinginan memindahkan penduduknya. Bagi China, tidak sekedar modal dan teknologinya saja yang keluar negeri tetapi harus diikuti dengan penduduknya. Migrasi penduduk China itulah yang amat di takutkan. (end)
(Penulis: Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan RI)