Eramuslim.com – Dampak wabah pandemi Corona Covid-19 bukan saja mengancam manusia, tapi mulai terasa menggerogoti tubuh negara. Terserang virus Covid-19, negara mulai terasa berjalan limbung. Seperti sebuah kapal layar besar yang ditinggal awak kapal dan nakhodanya karena sibuk bermain kartu. Kompas arah penunjuk tujuan berlayar, sulit dibaca karena mengalami kerusakan atau sengaja dirusak. Para penumpang kapal pun hanya bisa pasrah, berdoa, dan berpasrah terserah saja kemana dan kapan kapal akan berlabuh.
Ilustrasi di atas cukup merepresentasikan keadaan kita hari ini. Sejak pencanangan perang terhadap virus Corona yang cukup terlambat, hingga diturunkannya kewajiban menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), keadaan bukan semakin terkendali dan terprediksi, tapi justru sebaliknya. PSBB sebagai rekayasa kata menggantikan kata lockdown yang mengerikan itu, ternyata kurang dipahami masyarakat. Lewat jendela ekonomi, politik, maupun sosial budaya, kehadiran PSBB memang menjadi absurd.
Gugus tugas A,B,C, dan badan sejenisnya yang dimaksud sebagai institusi ujung tombak dalam perang melawan virus Covid-19, tak mampu hadir secara maksimal. Berbagai keterbatasan dan terkurungnya badan ini oleh berbagai kebijakan politis, membuat gerak dan kehadirannya menjadi tak begitu terasakan. Peraturan yang berubah-ubah dan kurang mulusnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah membuat seluruh institusi struktural resmi, setengah mandul dan limbung.