Eramuslim.com – SEBAGAI pengamat, saya menyayangkan elit dan kader PDIP keluar garis seperti Dewi Tanjung yang ngaku nyai menyebutkan “banteng-banteng akan menyeret kalian”, Budiman Sujatmiko dengan pernyataan “kader PDIP ada jutaan, bahaya kalau bergerak”.Elit yang lainnya membanggakan sebagai partai besar pemenang pemilu. Hanya untuk membuat heboh tentang pembakaran bendera, yang pada kenyataan pembakaran bendera sudah sering terjadi bahkan oleh kader PDIP di beberapa daerah sendiri yang kecewa karena kebijakan partai.
Elit jangan terlalu lebay. Stop jangan berlebih. Apalagi sengaja memanaskan kondisi. Saat umat Islam, kalangan nasionalis, akademisi dan purnawirawan TNI sedang solid menolak RUU HIP yang isinya bertentangan dengan Pancasila 18 Agustus 1945 yang disepakati oleh founding father, dan pembukaan UUD 45.
Jika hanya sebagai pemenang Pemilu 2014 dan 2019, setiap hasil pemilu legislatif PDIP hanya menghasilkan suara pemilih/pendukung berkisar sekitar 18 persen sampai 19 persen, (bahkan pernah merosot pada pileg 2004 dan 2009) di Indonesia tidak ada pemenang mutlak melebih 40 persen sampai 50 persen sejak 5 kali pileg era reformasi. Artinya jika berkaca pada pileg 2019, 19 persen dari 140 juta pemilih, pendukung riil PDIP hanya sekitar 27,5 juta.
Bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia 260 juta, atau bandingkan dengan penduduk Jawa Barat 45 juta itupun kemenangan pileg PDIP tidak merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota, beberapa diantaranya tidak dapat kursi sama sekali, artinya pemenang pemilu di Indonesia tidak lebih dari 20 persen dari jumlah pemilih, tidak perlu dibanggakan atau disombongkan.