by M Rizal Fadillah
Sikaat itu artinya harus dibersihkan baik fikiran, hati maupun perilaku. Jangan sampai fikirannya buruk dan negatif, hati kotor serta perilaku yang mengganggu dan merusak. Duo anak Mulyono yaitu Gibran dan Kaesang harus disikaat. Gibran dari kuman Fufufafa yang menempel dan Kaesang dari virus Gulfstream G650ER yang ikut nebeng. Gibran di media sosial dan Kaesang di udara. Duo anak Mulyono memang tampil bodo tapi sok jago.
Kaesang mengelak tuduhan gratifikasi karena merasa bukan pejabat negara, ia lupa bahwa dirinya adalah anak pejabat negara. KPK harus mengusut dua-duanya Kaesang dan bapaknya yaitu Jokowi alias Mulyono. Gratifikasi pengusaha Singapura itu ditujukan kepada anak atau bapak ? Sudah biasa jika suap atau sogok ke bapak itu melalui fasilitasi anak.
Terlepas dari gratifikasi maka Kaesang dan istrinya yang unjuk kemewahan jalan-jalan ke Amrik menggunakan jet pribadi itu telah menyakiti hati rakyat yang hidup semakin berat. Pamer kekayaan dengan “nebeng” pengusaha kaya merupakan sikap tidak tahu diri dan gambaran dari kusutnya pakaian yang dikenakan. Kaya harta tapi miskin jiwa. Boros, borok dan bodong. Biasa bohong.
Sang kakak yang bernama Gibran lebih parah lagi. Isi akun Fufufafa secara bertahap terkuak. Potret dari wajah seorang pejabat yang lemah adab, bahkan boleh dibilang biadab. Akun yang dicoba disembunyikan nama pemiliknya diyakini 99,99 % oleh ahli telematika Roy Suryo sebagai miliknya. Pasukan berani mati disiapkan untuk mengeles dan melakukan operasi penyelematan Gibran. Bagusnya nama sandi operasi adalah “M-2 atau Martabak-2”.
Serangan dahsyat Fufufafa mengarah ke banyak pihak dengan Prabowo mendapat suara terbanyak selainnya ada SBY, AHY, PKS, Syahrini bahkan Nabi Muhammad SAW. Coretan comberan mewarnai narasi khas seorang Gibran. Prabowo dinista habis dan sebagai manusia semestinya ia tersinggung, kecuali memang ada unsur terlibat pembocoran akun beserta ribuan konten tersebut.
Hitung mundur dimulai H-30 sangat mendebarkan dan menakutkan bagi Mulyono. Maestro kepalsuan ini bingung untuk turun tahta akibat persoalan anak yang muncul di luar dugaan. Ada tendangan pisang ke gawang Kaesang dan gorengan martabak di bokong Gibran.
Rakyat menuntut skandal duo anak Mulyono dibongkar serius, karena hal ini menyangkut martabat dan gaya hidup dari sebuah keluarga dunia boneka. Keluarga yang mengira bahwa mengurus negara itu sama dengan mengelola perusahaan sendiri. Apa beda Jokowi dengan Louis XIV yang menyatakan “L’etat c’est moi”–Negara adalah aku ? Sama saja.
Tapi Louis XIV yang zalim itu ternyata masih lebih baik dari Jokowi I alias Mulyono II karena waktu sekarat Louis XIV masih bisa berkata:
“je meurs, mais l’etat demeurera toujours” (Aku akan pergi, tetapi negara akan tetap ada).
Dari gestur politiknya Jokowi yang mengalami sekarat di H-30 bagai sedang bergumam “Aku akan petgi, tetapi anak-anakku harus tetap ada di singgasana” ah…preet dah.
Duo anak Mulyono sikaaat..bleh !
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 20 September 2024
Hasil MKMkMk akan di pertanggung jawabkan kelak….sllu bilang sesuai s.o.p..tapi hati nurani berkata lain.