Di Washington, berkumpul ribuan tokoh Yahudi, dari seluruh penjuru AS. Ada presiden, gubernur, senator dan anggota kongres, dan bahkan menurut berita yang ada, separuh anggota Kongres ikut hadhir di Konferensi AIPAC (The American Israel Public Affairs Committee). Tak kurang Presiden AS Barack Obama, Wakil Presiden AS Joseph Biden, Menlu Hallary Clinton, Presiden Israel Shimon Perez, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu (melalui teleconferences), Menlu Israel Avigdor Lieberman, mantan Menlu Israel Tzipi Livni, serta sejumlah tokoh Zionis lainnya, ikut hadhir dalam konferensi itu.
AIPAC tak lain, kumpulan para tokoh Yahudi di AS, yang mempunyai kepentingan kepada pemeritahan di Washington, tujuannya agar siapapun yang berkuasa di Gedung Putih, Capitol Hill, dan Pentagon, selalu berpihak dan mendukung Israel.
Tetapi, tidak hanya itu, yang dituju oleh Zionis Israel, rejim ini menggunakan ‘tangan’ (by proxy), pemeritahan manapun di dunia yang akan digunakan Israel untuk menghancurkan musuh-musuhnya. Inilah yang paling pokok, berdirinya lembaga lobby yang bernama AIPAC, yang berpusat di Washington. Tentu, sekarang ini negara yang paling dicengkeram oleh lobby Zionis-Israel melaluli lembaga AIPAC ini,tak lain adalah AS.
‘The Triangel Power’ yaitu AS, Uni Eropa dan Rusia, sebagai kekuatan global, secara efektif berhasil ‘digunakan’ oleh Zionis-Israel melalui jaringan lobby mereka, yang tujuannya mengeleminir, semua negara dan kekuatan-kekuatan yang dianggap musuh dan menjadi ancaman Israel.
Korbannya, seperti Iraq dan Saddam Husien, Taliban, Al-Qaidah, Pakistan, dan para pejuang Palestina-Hamas, dan negara-negara Islam. Mereka semua dihancurkan secara sistematis. Sehingga, tak ada lagi perlawanan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Zionis-Israel.
Bagaimana methode yang dijalankan oleh Zionis-Israel itu? Pertama, rejim Zionis-Israel berhasil melakukan kampanye busuk terhadap masyarakat dunia, dan menyebarkan opini yang menyesatkan, serta membuat stigma, serta manipulasi terhadap mereka yang dianggap musuh.
Rejim Zionis Israel berhasil mencuci otak (brainwashing) terhadap masyarakat dunia, dan membuat apa yang disebut ‘the pseudo enemy’, yang bersifat latent, yang sebenarnya adalah untuk menutupi kejahatan Zionis-Israel. Langkah ini dilakukan melalui kampanye media yang sangat intensif, dan juga menyakinkan para pemimpin dunia, terhadap mereka yang menurut Zionis-Israel sebagai musuh.
Setiap kali Zionis Israel melakukan kejahatan yang sangat dahsyat, selalu masyarakat dunia diam, dan bungkam seribu bahasa. Seakan mereka menjadi ‘given’ atas segala kejahatan dan tindakan yang mereka lakukan.
Sepanjang sejarah, sejak Zionis-Israel menjadi sebuah entitas politik, dan berdirinya negara Zionis-Israel, berulangkali melakukan kejahatan, dan selalu tidak ada penolakan dan kecaman dari masyarakat dunia. Bagaimana masyarakat dunia dengan sangat mudah melupakan kejahatan Zionis-Israel, yang membunuhi rakyat Palestina di Gaza dengan mesin perang mereka, tapi justru Israel berhasil memobilisasi dukungan bagi Israel, dan menjadi negara yang terancam keamanannya oleh Hamas?
Apa yang disebut ‘pseudo enemy’ terus menerus diciptakan oleh Israel, seperti Saddam Husien, yang mempunyai senjata pemusnah massal (WMD), dan tak ada buktinya. Tapi, Saddam sudah digantung dan Iraq sudah luluh lantak. Penyerangan terhadap Iraq itu, tak lain, skenario dibuat oleh Paul Wolfowitz, yang menjadi Deputi Menhan AS, dan skenario penghancuran Iraq itu dijalankan oleh Bush.
Paul Wolfowitz, tak lain adalah pengikut Partai Likud, yang masuk ke dalam pemerintahan Bush, dan mempunyai hubungan yang kuat dengan AIPAC. Lalu, Taliban dan al-Qaidah dituduh sebagai pelaku peristiwa 11 September, sesudah itu, Presiden Bush memerintahkan penghancuran terhadap Taliban dan Afghanistan, sampai sekarang.
Di masa Obama, yang digambarkan sebagai tokoh ideal, bagi masa depan dunia, ternyata tak lebih baik dibandingkan dengan George Walker Bush, yang tangannya penuh berlumuran darah umat Islam. Obama memerintahkan pasukannya di Iraq untuk dipindahkan ke Afghanistan. Obama tak berbeda dengan Bush, dia mempunyai segudang agenda perang, yang mennjadi titipan rejim Zionis-Israrel.
Menhan AS Robert Gate, sekarang sangat bingung, bagaimana harus memobilisasi tentara AS ke Afghanistan, yang ditargertkan akhir tahun ini jumlahnya harus mencapai 100.000 personil, karena alasan kondisi kegawatan yang sekarang dihadapi pemerintah Afghanistan, khususnya menghadapi Taliban.
Bush sudah terperosok ke dalam ‘rawa-rawa’ perang di Iraq, Afghanistan, Pakistan, Palestina, Somalia, dan Sudan, yang mengakibatkan AS menjadi bangkrut. Tapi, rejim Zionis-Israel terus mendorong AS untuk berperang menghadapi apa yang disebut sebagai ‘pseudo enemy’, yang diciptakan oleh Zionis-Israel, yang tak akan pernah habis-habis. Selalu yang menjadi sasaran adalah dunia Islam. Dan, tradisi perang Bush dilanjutkan oleh Presiden Barack Obama.
Ketika menginjakkan kakinya di Istambul, Turki, dan berbicara dihadapan pemimpin tokoh-tokoh agama, Obama menginginkan adanya ‘kerjasama’ dengan dunia Islam, dan ingin memperbaiki hubungannya yang rusak di kala pemerintahan Bush, tapi Obama, nampaknya tak dapat bergerak, karena ‘kaki dan tangan’ nya sudah dibelenggu oleh Zionis-Israel. Apalagi, sekarang di Israel yang berkuasa tak lain adalah ‘gerombolan’ teroris yang ganas, dan dengan menggunakan jubah sebagai politisi, sekarang berkuasa dan mengelola kebijakan negara Israel yang sangat rasis dan anti Islam dan Arab.
Shimon Perez berbicara dengan berapi-api di Konferensi AIPAC tentang ancaman nuklir Iran. Benyamin Netanyahu, Avigdor Lieberman, mengancam Iran, dan memberikan batas waktu tiga bulan kepada Iran, yang akan menggunakan kekuatan militernya terhadap Iran. Kampanye anti Iran ini menggelegak di depan para tokoh Yahudi yang menghadiri Konferensi AIPAC, dan para tokoh Yahudi itu mengamininya.
Tapi, apakah memang sangat serius, ancaman nuklir Iran itu? Karena seperti yang pernah diungkapkan oleh el-Baradei, yang menjadi Ketua IAEA, dan sudah menyangkal bahwa Iran melakukan pengayaan iuranium untuk tujuan militer. Tapi, rejim Zionis-Israel terus melakukan kampanye tentang ancaman Iran ini. Kemudian, seluruh dunia memjadi terperangah terhadap ancaman nuklir Iran. Israel berhasil menciptakan ketakutan atas ancaman nuklir Iran, ini adalah cara untuk membelokkan isu yang sebenarnya tentang nasib rakyat Palestina.
Inilah dengan sangat sistematis dan terencana Zionis-Israel berhasil mengubah persepsi masyarakat dan para pemimpin dunia. Disisi lain, Zionis-Israel, kejahatannya dilupakan, dan terus melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina tanpa henti-henti.
Ketika Presiden Shimon Perez bertemu dengan Obama di Gedung Putih, satu-satunya yang dikatakan pemimpin AS itu kepada Shimon Peres tak lain, “Keamanan Israel menjadi prioritas utama” AS, ujar Obama, Rabu kemarin. Sebaliknya, Perez mengatakan, bahwa antara Israel dan AS, tak ada ruang perbedaan’, ucapnya. Inilah keberhasilan Zionis-Israel memanipulasi pemerintah AS dan masyarakat dunia, bahwa dirinya menjadi fihak yang selalu terancam keamanannya.
Padahal, hakekatnya Zionis-Israel lah yang selalu menciptakan ketidak amanan dunia, dan selalu menciptakan kekacauan dengan menggunakan tangan ‘proxy’ AS, dan berlangsung di mana-mana. Seperti, disindir oleh Tzipi Livni, yang mengatakan bahwa Israel berterima kasih kepada Iran, karena dengan adanya isu nuklir itu, negara-negara Arab yang pragmatis, sekarang menjadi lebih dekat dengan Israel. Iran dipersonifikasikan sebagai ‘monster’ baru di Timur Tengah, karena isu nuklir, yang terus dihembuskan Zionis-Israel, yang menyebabkan rejim-rejim Arab menggigil ketakutan menghadapi Iran, dan mereka senang kerjasama dengan Israel dibandingkan harus berperang menghadapi Zionis-Israel.
Berkumpulnya ribuah tokoh Yahudi di dalam Konferensi AIPAC, tak lain, tujuannya untuk menekan Presiden Barak Obama, agar tidak terlalu memberikan apresiasi kepada terbentuknya dua negara : Palestina-Israel. Sejumlah tokoh-tokoh yang ada di kongres yang pro-Israel, seperti Stony Hoyer, Eric Cantor, Christhoper Dodd,Arlen Specter, Johnny Isakson, dan John Tune, yang mempertanyakan tentang konsep dua negara itu. Intinya, mereka tidak ingin Gaza itu menjadi tempat ‘teroris’. Maka, harus dieleminir secara menyeluruh melalui kerjasama global.
Zionis-Israel berhasil melakukan ‘brainwashing’ (cuci otak), mengubah persepsi, memanipulasi opini, yang semua itu, tujuannya mengubah pandangan masyarakat dunia, di mana Israel yang melakukan kejahatan dan kebiadan, tetapi justru Israel sebagai fihak yang terancam. Kejahatan Zionis-Israel, lebih dahsyat dibanding dengan Nazi-Hitler. Tetapi, sekarang selalu yag digembar-gemborkan adalah Yahudi sebagai korban ‘holocaustz’. Inilah faktanya. Walalhu ‘alam.
(mashadi)