Dukung OPM, ASEAN Harus Tolak Inggris Sebagai Mitra Dialog

Campurtangan Inggris dalam mendukung gerakan separatisme Papua Merdeka nampak jelas ketika dalam pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris, dihadiri oleh Walikota Oxford Mohammaed Niaz Abbasi, anggota Parlemen Inggris,Andrew Smith, dan mantan Walikota Oxford, Elise Benjamin. Bagaimanapun juga hal ini secara terang-benderang menggambarkan adanya dukungan nyata dari berbagai elemen strategis Inggris baik di pemerintahan, parlemen dan tentu saja Lembaga Swadaya Masyarakat.

Mari kita simak pernyataan anggota parlemen Andrew Smith, dalam acara pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris tersebut. “Kami akan bekerja sama dengan orang-orang di kantor baru kami di Port Moresby, PNG pada strategi menuju tujuan penentuan nasib sendiri bagi Papua Barat.”

Pernyataan Andrew Smith harus dibaca sebagai isyarat bahwa gerakan internasionalisasi Papua sedang gencar dilakukan baik di lini pemerintahan maupun parlemen di Amerika, Inggris, Australia dan Belanda. Penekanan Andrew Smith terkait upaya melibatkan PNG, harus dibaca sebagai bagian integral dari aliansi strategis Amerika Serikat-Inggris-Australia untuk meng-internasionalisasi isu Papua, sebagai langkah awal menuju kemerdekaan Papua, lepas dari Indonesia.

Maka itu, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya secara tegas harus menolak status keanggotaan Inggris sebagai mitra dialog ASEAN, dengan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut:

Mengingat sepak-terjang Inggris di masa lalu yang terlalu banyak campurtangan dalam urusan dalam negeri negara-negara ASEAN, maka Inggris tidak memenuhi kriteria dan persyaratan yang layak untuk diberi status mitra dialog ASEAN.

Dalam kasus gerakan separatisme Papua yang terjadi di Indonesia, Inggris secara tidak resmi telah mendukung berbagai organisasi dan organisasi Papua yang berkeinginan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut merupakan isu yang sangat sensitive bagi Indonesia, karena London secara terang-terangan telah memberikan perlindungan(Political Asylum) kepada Benny Wenda, salah seorang pemimpin dari Free Papua Movement.

Tidak ada kemanfaatannya sama sekali bagi ASEAN untuk menetapkan status Inggris sebagai mitra dialog ASEAN.
Sulitnya mencapai kesepakatan yang prinsipil di kalangan para pemimpin ASEAN terkait status Inggris sebagai mitra dialog, semakin sulit dengan perkembangan yang terjadi belakagan ini di Myanmar.[The Global Review]

Penulis: Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute