Mereka beranggapan bahwa Prabowo tak sebodoh yang banyak orang pikirkan. Ini hanya soal strategi yang belum terungkap. Kelompok ini jumlahnya tak terlalu banyak.
Di luar dua kelompok ini, ada yang mendorong Prabowo melakukan rekonsiliasi ke istana. Orang-orang ini teridentifikasi sebagai penulis dan buzzer yang dikendalikan oleh elite tertentu untuk melawan para pendukung yang menghalang-halangi rekonsiliasi.
Meski jumlahnya bisa dihitung jari, tapi mereka aktif membangun opini di media dan medsos. Mereka mencoba membangun narasi bahwa Prabowo melakukan ini semua untuk rakyat. Khususnya untuk mereka yang ditahan dan jadi tersangka agar bisa keluar.
Ini bagian dari mahar rekonsiliasi. Termasuk juga untuk memulangkan Habib Rizieq Shihab (HRS) dengan terhormat. Kendati hal ini dikritik keras oleh Mahfudz MD karena dianggap mencampuradukkan politik dengan kasus hukum. Bukankah selama ini juga begitu Prof?
Orang-orang ini menuduh ada pihak ketiga yaitu segolongan orang yang tidak suka Prabowo, juga tak suka Jokowi. Mereka mencoba untuk memperkeruh situasi. Mereka diidentifikasi sebagai kelompok yang anti damai dan cendurung membuat suasana tidak kondusif.
Ah, kok kayak Intel ya? Sudah main tuduh anti damai. Jangan-jangan memang operasi intel. Intel mana kek. Begitu komentar sejumlah aktifis terhadap orang-orang “suruhan” ini.
Tak lama lagi, Prabowo pasti akan mengambil sikap; kalau tidak gabung ke istana, ya oposisi. Tak ada opsi ketiga. Kalau gabung ke istana, berarti pertemuan di MRT Lebak Bulus bukan bagian dari strategi “mundur selangkah untuk maju seribu langkah”. Tapi banyak yang menganggap itu “gol bunuh diri”. Kenapa? Karena Prabowo akan kehilangan nama baik di sisa hidupnya.