Yang menarik dicermati, menurut cerita Tuhan di atas adalah lingkaran elit kedua tokoh ini. Terutama pada Fir’aun. Ada Karun dan Haman. Kata “Karun” disebut di awal. Lalu kata “Fir’aun” yang disusul kata “Haman”. “Haman” yang terakhir. Formasi penyebutan kata dalam struktur kalimat tersebut menunjukkan urutan pengaruh.
Kalau ada orang sedang pidato atau memberi sambutan, biasanya dia memberi penghormatan lebih dahulu kepada tokoh-tokoh yang hadir. Dan nama yang pertama disebut adalah yang paling tinggi jabatannya, atau tokoh paling berpengaruh. Ini lazim dan jadi tradisi di hampir semua tempat.
Kalau Tuhan sebut Karun lebih dahulu, lalu Fir’aun, kemudian Haman, berarti Tuhan ingin menunjukkan bahwa Karunlah orang yang paling berpengaruh.
Karun ada di belakang Fir’aun. Dan Fir’aun ada di belakang Haman. Kira-kira seperti itu gambaran fungsionalnya. Karun bisa panggil, kasih arahan dan kendalikan Fir’aun. Kenapa sekuat itu? Karena dia yang punya duit. Dia yang jadi bohir di belakang Fir’aun. Secara finansial, Fir’aun bergantung padanya. Keren ya?
Lalu siapa Haman? Haman berfungsi memberi legitimasi atas kebijakan Fir’aun. Apapun yang diputuskan dan dikerjakan Fir’aun, Haman cari dalilnya, cari argumentasinya, cari pasalnya dan cari teorinya. Haman itu intelektual, agamawan, dukun, ahli hukum, dan sejenisnya. Mereka adalah orang-orang yang diuntungkan dengan kekuasaan Fir’aun. Makanya, mereka akan bela mati-matian.