Kesan penguasa lebih berpihak kepada taipan dan konglomerat semakin jadi perbincangan rakyat. Apalagi kemudian banyak fakta penangkapan pekerja Cina ilegal di berbagai tempat telah diramaikan media. Kekayaan para taipan papan atas yang “wow banget” naiknya ditengah rakyat Indonesia yang semakin sulit ekonominya membuat pemerintahan semakin terpojok. Disisi lain, pengangguran bertambah. Harga barang-barang naik. Subsidi satu persatu dikurangi. Ini semua tak menguntungkan bagi upaya Jokowi menaikkan elektabilitas.
Perseteruan terbaru Anies-Jokowi adalah penghadangan Anies oleh Paspampres di acara penerimaan piala Presiden di lapangan GBK. Nama Anies dicoret sebagai tokoh yang naik podium. Rakyat marah. Betul-betul marah. Instalgram dan facebook Jokowi kebanjiran komentar. Lebih dari setengah juta. Isinya? Menyindir Jokowi dan mendukung Anies.
Belum lupa daya ingat rakyat terhadap tragedi GBK, publik lagi-lagi digegerkan oleh isu rapat PSI dan Jokowi di istana. Temanya tentang dukungan pilpres. Ramai pertanyaan publik: kenapa istana dipakai untuk menfasilitasi timses Jokowi? Kenapa fasilitas negara digunakan untuk urusan pribadi?
Yang jelas, sikap istana dan tim yang berada di lingkaran istana tergolong paling rajin menciptakan gol bunuh diri. Terutama ketika berhadapan dengan Anies. Sudah tak terhitung jumlahnya. Dan berpotensi terus terjadi lagi dan lagi.
Gol bunuh diri terjadi akibat kesalahan strategi. Pertama, pilihan “pola menyerang” tidak sepenuhnya efektif. Tidak cocok untuk psikologi masyarakat Indonesia. Kedua, lemahnya kontrol terhadap banyak kepentingan. Banyak pemain di sekitar istana yang tak terkontrol. Terjadi friksi dan persaingan yang banyak merugikan Jokowi.
Dua hal di atas menjadi bagian dari faktor yang menghambat istana mengumpulkan poin. Ikhtiar menaikkan elektabilitas makin sulit. Di sisi lain, Anies yang semula tertinggal suaranya dari Jokowi terus menambah poin. Kinerja Anies di panggung DKI menjadi sarana alamiah yang konsisten mendongkrak suara. Apalagi para pendukung “die hard” Anies di lapisan bawah yang terus bersemangat menjadi media promosi.
Belum ada survey terbaru pasca tragedi GBK dan rapat PSI di istana. Publik sedang menunggu elektabilitas kedua matahari kembar ini. Apakah elektabilitas Jokowi mampu bertahan? Sejauhmana trend elektabilitas Anies terus mengejar? Semua partai, terutama PKS, Gerindra dan PAN sedang menunggu dan mengikuti trend hasil survey. Prabowo, Sang Begawan dan Bapak Bangsa sedang serius dan cermat mengkalkulasi. Tokoh spesialis “King Maker” ini biasanya memiliki hitungan dan politik yang jitu. Sering sukses dan tak diragukan kemampuannya sebagai arsitektur politik.
Jika tak ada masalah di formalitas tiket, Anies vs Jokowi akan bertemu di laga final 2019. Laga ini mirip pertarungan SBY vs Megawati di 2004. Siapa akan menjadi pemenangnya? Anies atau Jokowi? Kita tunggu [kk/ts]