Sukses gagalnya Jokowi, gak ada hubungannya dengan hasil survei. Sebab, survei itu persepsi. Dan persepsi dibentuk melalui pencitraan. Sangat subyektif.
Konon kabarnya, di awal pemerintahannya, kira-kira satu bulan berjalan, Jokowi membuat survei. Survei ini untuk mengukur tingkat kinerja para menteri berbasis persepsi masyarakat. Hasilnya, banyak menteri yang nilainya jeblok. Terutama kementerian yang tidak populer, seperti kementerian keuangan, perdagangan, ESDM, kesehatan, dan sejumlah kementerian yang lain. Ya iyalah. Masyarakat kita hanya sedikit yang tahu tentang kementerian. Bahkan jumlah menteri kabinet saja, belum tentu mereka tahu. Bagaimana mungkin masyarakat bisa memberikan penilaian terhadap menteri yang mereka saja gak kenal?
Kalau sukses gagalnya seorang menteri diukur menggunakan persepsi publik, ini super bahaya. Kenapa? Nanti semua menteri hanya akan membuat dan mengerjakan program yang populer. Mudah dilihat masyarakat. Menteri olahraga ikut main futsal, lalu bagi-bagi bola dan sepeda. Menteri BUMN ikut jaga tol. Menteri perdagangan ikut jualan tape di pasar dengan diskon besar-besaran. Apalagi jika mau pakai kaos oblong dan sandal jepit. Menteri luar negeri ikut demo Palestina. Teriak Allahu Akbar, dengan bendera Palestina yang diikatkan di kepala. Menteri pertanian copot sepatu, lipat lengan baju, turun ke sawah, ikut memanen padi. Wah, dijamin makin kacau negara ini. Kalau ini dilakukan, hampir pasti para menteri itu dipecat. Kenapa? Karena dianggap berpotensi menyaingi popularitas presiden.
Penilaian sukses tidaknya pejabat tinggi, termasuk menteri dan presiden, berbasis pada persepsi publik itu menyesatkan. Ngaco dan ngawur. Kecuali jika memang berorientasi politis, semata-mata untuk tujuan pilpres. Itu lain soal. Bab yang berbeda. Kendati ironis.
Dianggap menyesatkan dan ngawur, karena persepsi dibentuk oleh pencitraan. Sementara pemenuhan janji kampanye dan kinerja punya variabel dan indikatornya sendiri. Bukan indikator pencitraan, tapi indikator pencapaian janji kampanye dan kinerja yang terukur. Butuh para ahli untuk mengukur ini.
So? Jika anda ingin tahu sukses atau gagalnya Jokowi, lihat janji kampanye dan capaian kinerja Jokowi di bidang hukum, ekonomi, politik, keamanan nasional, ketahanan energi dan pangan, pembangunan dan variabel sejenis dengan indikator-indikator terukur. Dari situlah pemerintah Jokowi bisa dinilai sukses atau gagalnya. Bukan berbasis pada persepsi publik dan hasil survei politik. [kmp]
*) Penulis: Dr. Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa