Jika posisi elektabilitas Jokowi tak bisa diupgrade lagi, sementara elektabilitas pihak lawan yang notabene mendapat dukungan dari kelompok ABJ terus naik dan menjadi ancaman, maka strategi akusisi menjadi pilihan terbaik.
Jokowi bisa saja mengakuisisi Ahmad Heryawan atau Tuan Guru Bajang (TGB). Lebih dramatis lagi, jika Prabowo atau Sandiaga uno yang dipinang. Mungkinkah? Tak ada yang tidak mungkin. Politik itu dinamis.
Akusisi ini tidak akan terlalu berarti jika Jokowi tidak sekaligus membawa gerbong ABJ. Gerbong ini kuncinya ada di Habib Rizieq. Diakui atau tidak, faktanya (Habib) Rizieq saat ini pegang peranan umat karena konsistensinya dan keberanian menanggung risiko perjuangan untuk umat. Tanpa Habib Rizieq, akusisi tak banyak membantu suara. Sebaliknya, tokoh yang diakuisisi akan dianggap sebagai oportunis dan penghianat umat.
Upaya Jokowi dan tim bernego dengan Habib Rizieq selama ini gagal. Sejumlah petinggi negara yang kabarnya telah menemui Habib Rizieq di Makkah tidak berhasil membuat (Habib) Rizieq pulang. Ini menunjukkan betapa peran dan kekuatan (Habib) Rizieq disadari oleh penguasa dan tak bisa diremehkan.
Jika Jokowi bisa bernego dengan (Habib) Rizieq dalam mengakuisisi tokoh umat, maka nyaris Jokowi tak punya lawan berarti di pilpres 2019. Kendati kinerja dan integritas Jokowi menuai banyak kritik. Terutama jika dikaitkan dengan komitmen janji, keberpihakan dan pertumbuhan ekonomi.
Potensi dan optimisme kemenangan melalui strategi akuisisi itu sangat besar bagi Jokowi dengan catatan Indonesia tidak dihajar krisis ekonomi di akhir tahun 2018 hingga awal 2019. Artinya, dalam situasi normal dan aman.
Jika saja Jokowi berhasil mendekati (Habib) Rizieq, tentu akan ada syarat dan ketentuan berlaku. Kemungkinan diantara syarat itu adalah: pertama, terbit SP3. Kedua, rehabilitasi nama (Habib) Rizieq. Ketiga, pasangan ini tidak lagi diusung PDIP. Keempat, Luhut Binsar Panjaitan dan seluruh krunya dikeluarkan dari istana, lalu diganti tokoh-tokoh yang merepresentasikan umat. Kelima, diadakan restrukturisasi jabatan-jabatan strategis seperti BIN, kepolisian dan kejaksaan. Sebab, semua unsur di ataslah yang dicurigai ikut meramaikan perseteruan Jokowi dengan kelompok ABJ dibawah asuhan Habib Rizieq.