5-10 tahun masih harus top up untuk bayar bunga hutang, lanjut Donny Arsal. Sebab, infrastruktur jalan tol dibangun dengan dana pinjaman. Kenapa minjam? Karena PT. Jasa Marga (Persero) Tbk tak punya cukup dana. Kenapa dipaksain?
Pertama, karena Pilpres sudah dekat.
Kedua, ada yang semangat ngasih pinjeman. Kok semangat? Karena ada maunya.
Begitu mahalnya infrastruktur jalan tol, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono ke X tak mau bangun jalan tol. Lebih suka bangun ring road.
Pertama, biaya nggak terlalu besar. Jadi, tak perlu dana pinjaman. Apalagi pinjam luar negeri, yang ujung-ujungnya harus terima impor tenaga kerja.
Kedua, gratis. Nggak perlu bayar. Rakyat tak terbebani. Bahkan motor pun bisa menikmati.
Ketiga, pedagang kecil tak perlu tutup, karena pengguna jalan masih bisa mengakses ke para pedagang yang bertahan hidup dengan jualan makanan itu.
Gubernur DIY tak perlu pusing mikir pilgub berikutnya. Malah pingin hak istimewa sebagai gubernur dicabut. Tapi, rakyat menghendaki tetap jadi gubernur.
Ini baru seorang pemimpin. Pemimpin yang memikirkan rakyatnya akan selalu banjir dukungan dari rakyat.
Sebaliknya, pemimpin yang sibuk dengan dirinya, ia akan mengemis dukungan dari rakyatnya. Segala cara dilakukan, kendati tabrak aturan. Yang penting, dapat dukungan.
Kalau begitu, lalu jalan tol dibangun untuk siapa? Untuk rakyat? Yang jelas, orang-orang miskin tak bisa menikmatinya. Termasuk sopir truk dan penjual telur asin. Atau untuk memenuhi kepentingan dan ambisi pihak yang membangun?
Seandainya anda menjawab bahwa jalan tol dibangun untuk menghadapi Pilpres, anda tak terlalu salah. Karena jawaban anda mirip dengan jawaban orang yang ada di Istana.[***]
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa [rmol]
BEST SELLER PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm