Eramuslim.com – JADI incumbent, ada untung, tapi ada ruginya. Apa untungnya?
Pertama, dia populer. Hampir seratus persen rakyat mengenalnya. Tak perlu lagi mengenalkan diri tentang siapa dia. Kalau rakyat sudah kenal, tinggal bagaimana membuat rakyat simpati, lalu suka dan memilihnya kembali.
Kedua, media darling. Apapun yang dilakukan incumbent, sorot media akan membrandingnya. Tidak hanya kerja, keliling pakai motor gede dan bagi-bagi amplop juga akan diikuti media. Jalan-jalan di pantai tsunami aja viral.
Ketiga, bisa jualan hasil kerja. Lima tahun pasti banyak yang bisa ditunjukkan kepada rakyat. Terutama infrastruktur yang bisa dilihat langsung fisiknya. Misal jalan tol, tinggal hitung berapa kilo meter. Ini bisa menghipnotis hati dan pikiran rakyat. Apalagi jika infrastruktur itu dibangun di daerah terpencil. Pasti jadi berita seksi. Rakyat akan mudah terpesona.
Keempat, bisa akses dana, fasilitas dan aparat untuk berkampanye. Hampir semua incumbent melakukan ini. Hanya bedanya, ada yang sembunyi-sembunyi dan masih punya rasa malu. Ada yang terang-terangan dan gak tahu malu.
Kelima, dengan kekuasaan di tangan, incunbent bisa tekan sana tekan sini. Bisa juga menggunakan strategi sandera untuk membungkam, atau mendapatkan dukungan. Dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
Lalu ruginya? Jika punya cacat atau melakukan kesalahan, lawan bisa membongkarnya. Apalagi jika kesalahan itu fatal. Ini akan jadi sasaran tembak yang bisa mematikannya.