Anies berkomitmen dan pegang prinsip soal ini. Komitmen ini bisa dicek dari berbagai sumber. Anies tak ingin seperti Jokowi, Ahok dan Ridwan Kamil, orang-orang binaan Prabowo yang balik badan dari Sang Promotor. Ini soal etika berpolitik, katanya.
Anies dukung Prabowo? Pasti. Dengan narasi-narasinya yang halus dan lembut Anies menyampaikan pesan. Kena dan pas. Diantara narasi Anies: “di Pilpres ini kita bisa lihat siapa yang akan menghalalkan segala cara, dan siapa yang hanya menggunakan cara yang halal.” Publik pasti paham maksudnya. Simpel, tapi tajam. Tepat mengenai obyek yang disasar.
Dalam sebuah sambutan, Anies pernah mengatakan bahwa apa yang terjadi di Jakarta, akan berpotensi terjadi di tingkat nasional. Anda paham? Kalau nggak paham, berarti anda bagian dari “manusia dung…” yang sering dibicarakan Rocky Gerung itu.
Di akhir pidatonya, Anies angkat ke atas kedua tangannya dengan mengacungkan dua jarinya. Anda sadar seberapa besar pengaruh dua jari Anies? Mari kita lihat.
Pertama, Gubernur Anies lahir dan didukung di antaranya oleh jutaan massa 212. Mereka berasal dari lintas agama, etnis dan wilayah. Anies bukan hanya representasi masyarakat Jakarta, tapi representasi rakyat Indonesia.
Secara emosional tak bisa memisahkan keterpilihan Anies dari heroisme rakyat yang berkumpul di Monas.