Eramuslim.com – “TQ Abangku yang hebat. Teruskan suarakan perubahan.”
Itu pesan Sandiaga Uno ketika membalas WA saya terkait Lebaran. Di masa lalu pesan perjuangan seperti itu biasanya hanya datang dari aktifis senior.
Saya tidak pernah pula membayangkan Sandiaga Uno berucap soal perubahan jika merujuk siapa dia 20an tahun lalu.
Dia dan seorang sahabatnya, mantan menteri perdagangan era SBY, via saya, meminta bertemu dengan staf khusus kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) di hotel Dharmawangsa, lalu mereka ketemu membahas bagaimana peluang mereka masuk dalam bisnis akuisisi perusahaan yang ditangani BPPN. Saya mendengarkan mereka cuma bicara uang dan uang.
Saat ini Sandiaga menjadi ikon. Bukan sebagai lelaki tampan dengan uang triliunan. Namun dia telah menjadi ikon perjuangan dengan narasi baru, yakni demokrasi, keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.
Sandi juga berhasil membangun kelompok sosial baru yang disebut kelompok emak-emak, sebuah “invention” dalam khazanah ilmu sosial, di mana perubahan sosial dan gerakan ibu-ibu menjadi tema baru. Khususnya ibu-ibu muslimah.
Vedi Hadiz dalam “Populisme Islam” (edisi Indonesia, 2019) coba menguraikan bagaimana politik identitas Islam saat ini bisa merangkul multi level/kelas kelompok sosial, baik kelas menengah perkotaan, kaum borjuasi kecil dan kaum miskin kota.