Yang benar-benar infrastruktur adalah bila bisa dinikmati semua rakyat secara gratis. Jadi tidak semua infrastruktur Jkw pantas dibanggakan, apalagi di bangun dengan uang dari utang negara yang berarti utang rakyat. Lebih memprihatinkan lagi adalah kecenderungan kendaraan umum kembali ke jalan lama Pantura karena jalan tolnya mahal banget.
Logikanya, infrastruktur Jokowi yang asal asalan ini berpotensi membangkrutkan BUMN dan merongrong APBN/APBD berkepanjangan. Kesimpulannya, jualan infrastruktur Jkw tidak akan mampu mengalahkan mesin mesin kemenangan PADI.
Karena itu dapat dimaklumi bila kita melihat kubu petahana akhir akhir ini seperti paranoid, mudah panik dan sering bikin blunder. Banyak petingginya merasa sebagai pemilik negeri, sebagai majikan, bukan lagi sebagai pamong. Bahkan Jkw sendiri rajin melakukan serangan dan anak buahnya rajin “berburu” tokoh tokoh oposisi, terakhir Rocky Gerung dan K.H.Slamet Maarif. Mesin kekuasaan terasa arogan dan menggigit tajam ke kubu 02 tapi tumpul ke kubu 01.
Pemilu sebagai wahana berdemokrasi sedang berubah menjadi wahana unjuk kekuasaan secara represif. Pilpres tidak lagi cantik dan fair. Semua bermotipkan ingin menang, takut kalah, sehingga menghalalkan segala cara.
Maklum karena spektrum penolakan terhadap Petahana relatif kuat dan luas sekali. Dari kekhawatiran kebangkitan (kembali) de-facto PKI, yang meragukan kejujuran latar belakang orang tua Jokowi, masuknya TKA China, kriminalisasi ulama, pengekangan Islam, meroketnya utang negara, impor pangan yang terus meningkat, mahalnya harga pangan dan biaya pendidikan, penguasaan asing terhadap perekonomian Indonesia, narkoba yang meluas, sampai kekosongan blangko e-KTP dan epaspor.
Banyak juga yang kecewa karena ternyata korupsi masih merajalela, kegagalan Jokowi memenuhi janji janjinya untuk stop utang, stop impor beras (swasembada), menciptakan 10 juta lapangan kerja baru, mobil nasional Esemka, Rp10ribu per dolar, dan puluhan janji janji lainnya yang semuanya tidak terwujud.
Di lain pihak, kubu 02 PADI meskipun menguasai hampir semua mesin kemenangan sehingga diliputi keyakinan akan kemenangan, tetapi ketakutan dengan satu mesin yang namanya mesin kekuasaan karena mesin kekuasaan mampu menciptakan mesin kecurangan. Karena itu, kubu Paslon 02 jangan hanya bisa ketakutan tapi ajaklah rakyat untuk mengawal Pemilu seketat ketatnya untuk melumpuhkan mesin kecurangan, baik yang masih potensi maupun yang nyata, demi pemilu yang jurdil.
Solo, 8 Februari 2019.
Fuad Bawazier.[tsc]