Ketiga, kami menduga atau lebih tepatnya meyakini bahwa pendukung incumbent menggalang dukungan konsultan dan berbagai macam lembaga dalam dan luar negeri, media tv/ cetak/onlines, pelaku pasar dll untuks menyuarakan dan menyitrakan sukses ekonomi Jkw.
Keempat, dugaan akrobat data dan permainan statistik atau tafsirnya.
Biasanya cara cara diatas dilengkapi dengan “pendekatan” keamanan, penegakan (permainan) hukum, politik, ancaman pemeriksaan pajak, intelijen, hadiah jabatan dll sehingga di harapkan publik percaya atau pura pura percaya mengikuti opini dan alur cerita penguasa.
Tujuan dari permainan ini adalah memenangkan pilpres untuk satu periode lagi. Tetapi biaya atau
ongkos dari permainan ini sebenarnya mahal, amat mahal. Karena instrumen atau lembaga atau media apapun yang digunakan tentu tidak gratis dan langsung atau tidak langsung membebani keuangan atau aset negara. Misalnya, untuk mengakomodasi pendukung, jabatan direksi dan komisaris BUMN membengkak yang tentunya memberatkan keuangan BUMN. Atau cerita (barangkali lebih tepat disebut dongeng) mobil nasional ESEMKA yang tiba tiba muncul lagi jelang pilpres. Pertanyaan intinya adalah mobnas atau mobcin? Rupanya ada yang ingin mengulang sukses seperti jelang pilpres yang lalu. Diduga kuat dongeng mobnas ini mengandung elemen kebohongan yang luar biasa.
Atau lembaga lembaga survey atau polling politik yang tiada henti hentinya memompakan hasil hasil surveynya yang tendensius meskipun pemilunya masih lama dan sumber pembiayaannya tidak jelas tapi lahiriah amat berkecukupan. Dan Masih banyak issue issue lain yang mengandung unsur kebohongan atau tujuan pencitraan sukses Pemerintahan Jkw yang bisa diangkat disini.
Senjata atau jembatan antara apa yang sebenarnya terjadi dengan pencitraan sukses palsu itu bernama kebohongan dan kebohongan yang gencar serta terus menerus dilontarkan seakan akan menjadi kebenaran, sampai sampai yang berbohong akhirnya percaya terhadap kebohongannya sendiri. Bahkan para pembohong itu sudah nyaman dan tidak lagi merasa risih apalagi malu. Sementara itu masyarakat awam dibuat bingung bahkan berselisih tajam dalam membaca atau menafsirkan keadaan ekonomi Indonesia dalam pemerintahan Jkw. Tapi kebohongan tidak akan langgeng. Hanya soal waktu saja.[]
Jakarta, 24 Oktober 2018
Dr. Fuad Bawazier, bukan pengamat ekonomi sontoloyo.