Semua masalah dan kegagalan ekonomi dalam mencapai target ataupun janji diatas akan di propagandakan atau dicitrakan sebagai kesuksesan pemerintah yang membanggakan dan “dikagumi dunia”.
Bagaimana mungkin hal hal yang masih bermasalah bahkan pembalikan dari keadaan yang sebenarnya itu bisa diterima publik sebagai keberhasilan ekonomi pemerintahan Jkw? Sehingga harus dilanjutkan satu periode lagi?
Kurs rupiah yang melemah 12% sejak awal tahun 2018 di tafsirkan sebagai menguntungkan keuangan negara. Pokoknya tidak ada kosa kata pemerintah gagal atau salah. Atau proses divestasi PT Freeport yang masih jauh dari kesepakatan apalagi penyelesaian tapi sudah diklaim pemerintah Jkw sebagai satu satunya pemerintah yang berhasil dan mampu melaksanakan divestasi 51% saham Freeport.
Kembali pertanyaannya adalah bagaimana mungkin hal hal yang kontroversial itu seakan akan sebagai sukses pemerintahan Jkw? Atau kontroversi projek reklamasi Pluit dan kota idaman Meikarta yang sempat bersentuhan dengan KPK, dst sehingga publik sering dibuat bingung dengan pertanyaan “se betul nya bagaimana si?; yang benar siapa si?”
Pada hemat kami politik penyesatan ini telah berhasil, -at least to some extents-, membangun citra bagus dan sukses pemerintahan Jkw. Sekali lagi bagaimana hal hal yang begini kontroversial bisa terjadi?
Banyak dugaan yang nampaknya telah dilakukan pemerintah untuk membangun citra “sukses” ekonomi itu.
Pertama, dengan cara selalu mendengungkan dan mengklaim sukses, sukses, dan sukses. Meskipun sebetulnya masih bermasalah. Yang penting rakyat di cekoki dengan propaganda sukses dan sukses.
Kedua, membantah semua kritikan dan kalau perlu melakukan kritik balik, dan bahkan bila perlu melakukan “serangan” termasuk melaporkan ke aparat penegak hukum. Bahkan kabarnya para pimpinan partai oposisi sering menerima laporan /keluhan dari daerah tentang adanya ancaman dari aparat penegak hukum atau politisi yang dekat dengan pejabat hukum, kepada pejabat yang bukan berasal dari parpol pendukung Jkw.