Eramuslim.com – Hampir semua janji janji Jokowi saat kampanye pilpres maupun setelah terpilih seperti pertumbuhan ekonomi 7% dan stop utang, tidak terbukti. Begitu pula dengan janji janji lainnya seperti swasembada beras, kedelai, gula, garam yang tidak terwujud. Sudah banyak politisi dan ekonom yang membukukan janji janji Jkw yang dalam kenyataannya masih jauh panggang dari api.
Tidak sedikit yang menilai Jkw praktis gagal total dan bahkan tidak mampu mempertahankan hasil hasil dan kondisi ekonomi yang sudah tercapai saat ditinggalkan Presiden SBY, kecuali penambahan infrastruktur dan itupun meninggalkan catatan negatip tersendiri. Catatan itu ialah ada projek projek infrastruktur yang di bangun terlalu ambisius, tanpa kajian yang memadai, projek kontroversial, membengkakkan utang negara dan BUMN, costsnya terlalu mahal (diduga mark-up), pemborosan, kualitasnya rendah, dan projek projek yang mangkrak/dihentikan/ditunda.
Pemerintahan Jkw khususnya tim ekonominya tidak meletakkan dasar dasar atau strategi baru yang jitu. Pada hakekatnya tidak ada perubahan karena yang ada justru menggalakkan utang dan bekerja tanpa perencanaan dan strategi yang matang. Utang yang janjinya akan di kurangi dan diakhiri malah bertambah rata rata Rp1,25Triliun perhari termasuk weekend. Meski demikian utang Indonesia di citrakan kecil dibandingkan dengan utang negara lain, tanpa membandingkan dengan kemampuannya membayar. Atau pertumbuhan ekonomi yang hanya dikisaran 5% tetapi selalu di hembuskan sebagai “hebat” dan sukses Jkw.
Padahal daya beli menurun, ekonomi sedang dalam tekanan defisit transaksi berjalan yang melebihi 3% dari PDB, defisit neraca perdagangan yang memburuk , defisit APBN, dll. Dan Anda dapat melanjutkan daftar kegagalan diatas seperti kontroversi dalam cara atau metode menghitung angka kemiskinan, angka pengangguran, investasi, kegagalan swasembada sembako, penurunan cadangan devisa, program pengampunan pajak yang hasilnya jauh dibawah target, pertumbuhan ekspor – impor yang mencemaskan, dst dst.