by M Rizal Fadillah
Beredar di medsos potongan tayangan do’a Ketua Fraksi PAN di DPR Saleh Partaonan Daulay yang menggegerkan “dunia”. Soalnya pada do’a di acara Rakornas Pilkada PAN 9 Mei 2024 yang dihadiri Prabowo Subianto itu terdapat narasi permohonan untuk mendapat kursi Menteri yang lebih banyak. Terlihat ada peserta yang tersenyum. Konon Prabowo atas do’a unik, menukik dan gimik itu berujar “masuk itu barang”.
Do’a “jilatan” yang hampir full teruntuk dan terkait Prabowo Subianto itu antara lain :
“Ya Allah kami meyakini bahwa bapak Prabowo Subianto sudah merencanakan akan memberikan beberapa posisi kepada kader-kader terbaik Partai Amanat Nasional pada kabinet mendatang. Sebagai insan yang beriman tentu hal itu sangat kami syukuri.
Namun demikian tentu kami akan lebih berterimakasih dan bersyukur lagi andaikata amanah yang diberikan kepada kami bisa lebih banyak dari yang kami perkirakan selama ini”.
Sebagai do’a, tentu minta apa saja kepada Allah boleh-boleh saja. Tapi do’a seperti di atas membuat sebagian umat Islam risi, malu dan mengurut dada. Do’a minta kursi di depan orang yang diperkirakan akan memberi kursi menimbulkan pertanyaan ini do’a kepada Allah atau kepada Prabowo ? Seperti main bilyar sodok sana untuk masuk ke lubang ini. Ya Allah atau Ya Prabowo ? Pantas jika dijawab oleh Prabowo “masuk tuh barang”. Memang do’a yang itu untuk barang-barang.
Di tengah politik transaksional, do’a pun bisa masuk kategori transaksi. Jualan kesetiaan termasuk setia pada kecurangan dan keculasan. Memang negeri ini semakin parah saja, sudah hukum steril dari moral dan etika, suara bisa dibeli dengan harga murah, kini do’a pun bertukar dengan kesetiaan. Sangat pragmatis sekali. Teriak amanah untuk praktek khianah, adil untuk jabatan secuil.
Komentar beragam ada yang menyebut itu do”a rakus, do’a memalukan, do’a mengemis, do’a tergila dan tentu juga do’a proposal. Maknanya do’a ini merupakan proposal kepada Prabowo agar menambah jatah Menteri. Adakah Menteri Makan Siang Gratis (MSG) akan diminta oleh PAN yang kebetulan Ketumnya Mendag ? Memang konyol. Mengurus negara seperti sekedar menikmati suara burung cucak rawa.
Ironinya do’a Saleh itu diawali dengan “ta’udz” yakni berlindung dari godaan syetan yang terkutuk, namun narasi do’a ternyata berisi suara setan yang mengganggu dengan kursi dan kursi. Kursi yang membuat para pejabat termasuk Menteri sering terlibat korupsi. Demi mengisi kantong pribadi dan pundi-pundi partainya sendiri.
Nabi mengingatkan bahwa mereka yang meminta-minta jabatan dengan sangat, maka saat jabatan itu didapat, Allah SWT akan beratkan bebannya. Lalu jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan (hizyun wa nadamah) di hari kiamat.
Berdo’a mengangkat tangan dengan wajah tertunduk penuh kepalsuan, menipu dan merampok kedaulatan rakyat. Hilang rasa malu akibat terkubur oleh ambisi perebutan kursi-kursi duniawi. Lupa bahwa mereka akan mati esok hari. Dan kemudian terbangun dalam keadaan buta nanti.
Do’a proposal dunia disinggung dalam Al Qur’an sebagai hal buruk dan menjadi karakter kaum jahiliyah. Di akherat ia tidak akan mendapat apa-apa.
“faminan naasi man yaquulu robanaa atinaa fid dunya” (diantara manusia ada yang berdo’a ya robbana berilah kami kesuksesan dunia) “wa maa lahu fil akhiroti min kholaaq” (dan kehidupan akherat tidak dapat apa-apa)–QS Al Baqarah 200.
Sebenarnya Saleh Daulay tidak perlu berdoa kepada Allah, minta saja langsung kepada Prabowo “pak, minta tambah kursi Menteri”. Atau jika teks do’a itu diketahui pak Ketum yang duduk di sebelah Prabowo, tinggal berbisik saja “pak, minta tambah kursi Menteri”.
Masalah kini adalah publik membaca bahwa do’a telah dijadikan alat atau berfungsi sebagai project proposal. Proposal Daulay.
Dan Ini merupakan penodaan agama.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 19 Mei 2024