Eramusim.com – Nadiem Makarim diangkat Jokowi jadi Mendikbud? Terperanjat saya! Sudah langsung saya lihat di kepala saya, pendidikan menengah ke bawah hancur kayak pengemudi Ojol menanggung cicilan sepeda motor dalam kondisi senin kemis diuber-uber debt collector.
Nadiem, berdarah Arab, tidak pernah bersekolah di Indonesia. Ia tak punya ilmu pendidikan atau pedagogi walau sepotong pun. Titel pendidikannya terakhir saya baca MBA, jauh panggang dari api, jauh dari pedagogi. Dengan demikian, Nadiem tak punya empirisnya, sekaligus tak punya ilmunya. Maka ia tak layak, unfeasibilities. Ia tak punya FS.
Dari perilaku sosiologis, lebih ironi. Ia dari keluarga non Muslim. Ia, menikah di gereja, isteri dan anak-anaknya semua dibaptis di gereja. Sementara anak sekolah pendidikan, 90% adalah anak-anak Muslim: Nadiem adalah contoh yang paradok, sangat buruk. Sementara, suasana pendidikan kita sangat rigid dan sensi.
Bacalah tulisan Dr Chazali Situmorang, Fisip Unas, bagaimana ironi Depdikbud pada tingkat mahasiswa “Mendikbud Mempertaruhkan Masa Depan” tulisnya.
Di tingkat SD – SMA, seingat saya, selalu profesor yang jadi penguasa dikbud. Bukan asal profesor, melainkan profesor yang mumpuni. Begitupun, tak lantas sekolah kita boleh revolusioner.
Saya meneliti demokratisasi di 184 sekolah SMP dan SMA di Jakarta, dan membimbing riset 34 mahasiswa pasca sarjana FISIP Universitas Indonesia, 2003. Ternyata buku “Democracy In Education”, karangan John Doe, tidak masuk ke Indonesia. Sebabnya, kultur yang berbeda dalam pendidikan Barat vs Indonesia. Padahal reformasi sedang gencar-gencarnya tahun 2003. Dan, Nadiem, berkultur Barat, seperti muatan buku itu.