Eramuslim.com -BATUBARA telah menjadi penopang utama Pemerintahan Jokowi sejak pertama menjabat presiden 2014 lalu. Ini adalah sumber uang terpenting yang menopang kekuasaan hingga pemilihan presiden tahun 2019 lalu. Meskipun presiden telah menandatangani kesepakatan perubahan iklim COP 21 Paris, namun batubara masih ditempatkan digaris depan sebagai penopang uang penguasa. Publik sudah mengingatkan bahwa kantong penguasa akan kering jika tetap bersandar pada batubara.
Bank Dunia dalam laporanya “The Long Road To Recovery” menggambarkan bahwa sandaran penguasa Indonesia pada batubara berbuah petaka.
Ada tiga penyebabnya; Pertama, sandaran ekspor batubara Indonesia pada Tiongkok menjadikan Indonesia tersandera pelemahan ekonomi Tiongkok. Kedua, serangan perang dagang AS Vs China dan Covid-19 telah membuat Indonesia kehilangan pasar batubara dan harga batubara rontok lebih dalam sementara Covid-19 sendiri akan berlangsung lama. Ketiga, bersandarnya penguasa Indonesia pada batubara menyimpang dari kesepakatan penyelamatan lingkungan global yang telah ditandatangani Indonesia.
Dalam laporan Bank Dunia tersebut digambarkan bahwa nilai ekspor minyak dan gas serta komoditas mentah lainnya, seperti batubara, sebagian besar mengalami kontraksi karena harga yang lebih rendah dikarenakan pelemahan ekonomi China. Harga batubara turun 28,9 persen yoy (laporan neraca pembayaran, Q1 2020).
Perang dagang AS VS China yang bermuara pada kesepakatan fase satu mengharuskan China untuk mengimpor lebih banyak produk manufaktur, pertanian, jasa, dan energi dari Amerika Serikat. Sebagai negara pengekspor komoditas, dan dengan China sebagai importir utama, ekspor Indonesia ke China terpengaruh oleh perjanjian ini. Sementara Batubara dan LNG merupakan komoditas ekspor utama yang masing-masing mencapai 53,7 persen dan 15 persen dari total ekspor pertambangan untuk tahun 2014-2018.