Didik J Rachbini: Teori Bandit, Kekuasaan, dan Demokrasi di Masa Pandemi

Jadi, asal muasal kekuasaan adalah banditisme dan memang di dalam kekuasaan ada perilaku banditisme, yang hilang, lenyap, dan tidak muncul karena kehadiran peradaban, rule of law, demokrasi, check and balance. Tanpa itu semua, maka kekuasaan dan penguasa kembali lagi masuk ke tahap satu atau tahap dua –banditisme, otoritarianisme, dan anti demokrasi.

Orang yang anti kritik, anti check and balance dilihat dari logika teori ini tergolong anti demokrasi, pro bandit meskipun dengan alasan mencintai penguasa, yang menjadi tokoh idolanya. Kita sebagai warga bangsa perlu melakukan kritik dengan argumen yang baik. Kritik yang buruk sesungguhnya terselip sifat bandit kecil (little bandit). Kritik buruk tidak perlu direspons berlebihan, diberangus, dan dipenjara karena tidak akan mengganggu kekuasaan.

Kekuasaan sekarang mempunyai dua pendukung instrumen yang legal formal dan yang ekstra legal di bawah tanah. Instrumen yang pertama adalah polisi, tentara, birokrasi yang sah dan bertugas untuk negara. Instrumen pendukung kedua bersifat ekstra legal, yang masih hidup, dibiayai menjadi buzzer, dan memberangus kritikus. Ada banditisme di dalam kekuasaan yang sedang berjalan dan potensial menghancurkan demokrasi.

Mengapa banyak sistem demokrasi masuk lagi ke dalam otoritarianisme? Jawabannya jelas, karena aturan main diberangus, check and balance, dan kritik ditindas. Teori bandit yang menceritakan bagaimana proses evolusi kekuasaan dari anarki menuju demokrasi tidak selalu linear, tetapi bisa melingkar dan kembali lagi ke sistem anarki dan sistem kekuasaan yang otoriter. Pasukan ekstra legal di bawah tanah itu adalah hama demokrasi, rayap yang merusak demokrasi.

Kita perlu analisis lebih jauh dari teori tersebut bahwa perilaku banditisme dengan kekuasaan adalah pasangan dan dua unsur kimiawi yang sangat cocok dan akan mudah bersatu, bersenyawa ketika tidak ada rule of law, anti kritik, anti check and balance, memberangus kritikus, mengerahkan intel, polisi mirip komunis Soviet lama.

***

Bagaimana dengan demokrasi kita sekarang? Ada rasa otoriter yang muncul ke permukaan, ada proses balik menuju ke belakang menjauhi demokrasi yang baru dibangun. Kita harus jaga demokrasi kita selamanya dan semoga kecenderungan ini tidak terjadi. (*end)

Penulis: Didik J Rachbini, Ekonom dan Pendiri INDEF