Diam-Diam China Bangun Pulau Reklamasi di LCS

ASEAN dan China harus segera mencapai Code of Conduct (CoC) yang koheren, komprehensif, dan berarti dan menjadi alat yang efektif untuk mencegah konflik, menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan dan keselamatan di laut. Pada masa mendatang, ASEAN harus melakukan upaya lebih lanjut untuk memperkuat dialog dan konsultasi dengan China.

Dalam hal ini, Vietnam –bersama dengan negara penuntut lainnya– menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi menghadapi serangan China sendirian. Ekspansi angkatan laut Beijing yang ambisius, militerisasi reklamasi, dan operasi penangkapan ikan mega-trawler menghadang Hanoi dan negara-negara regional lainnya di LCS.

Sumber daya minyak dan gas, menipisnya keanekaragaman hayati, menyusutnya stok ikan, dan keamanan secara keseluruhan –-semuanya berkontribusi pada semakin pentingnya kawasan LCS.

LCS adalah pintu gerbang yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudra Pasifik dan terkait erat dengan negara-negara ASEAN, sehingga menjaga lingkungan yang damai di perairan itu sangat penting bagi negara-negara di AsiaTenggara.

China dan organisasi atau negara-negara regional, khususnya anggota-anggota ASEAN, dihadapkan kepada sebuah tantangan konflik LCS.

Lima tahun sudah berlalu sejak PCA mengeluarkan keputusannya. Friksi akan muncul antara China dan negara-negara lain dari waktu ke waktu sebagai contoh perkara tumpang tindih di LCS.

China sebagai sebuah kekuatan di kawasan seyogyanya tampil menyelesaikan perselisihan-perselisihan dengan damai, sesuai dengan hukum internasional, termasuk UNCLOS. Dengan demikian, China akan dihormati sebagai sebuah kekuatan yang dapat diandalkan mendukung kawasan stabil dan damai.

Lingkungan yang stabil dan damai di wilayah, sebagaimana yang diharapkan negara-negara anggota ASEAN, merupakan sebuah keniscayaan.[konfrontasi]

___________________

Oleh: Mohammad Anthoni, wartawan senior LKBN Antara (1990-2019)