Jika benar Lion Air milik pengusaha Singapura ataupun pemerintah Singapura, maka keberhasilannya menguasai bandara militer Indonesia, dapat dikategorikan sebagai sebuah kegiatan infiltrasi dan sabotase. Dua kegiatan ini merupakan pelanggaran kedaulatan atas teritori Indonesia.
Tindakan ini melebihi, lebih jahat dari apa yang dilakukan dua marinir Indonesia Usman dan Harun di tahun 1965. Dimana sebagai pasukan katak, mereka menyusup ke pulau Singapura untuk melakukan aksi sabotase. Tapi tindakan sabotase itu merupakan bagian dari perang antar dua negara yang sedang bereskalasi — sebagai akibat dan imbas dari Konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Usman dan Harun akhirnya dihukum mati pemerintah Singapura dengan cara menggantung leher mereka di tiang gantungan.
Sekaligus diklarifikasi tentang kesan bahwa Lion Air kurang responsif atau lalai dalam bertanggung jawab terhadap keluhan sejumlah penumpang. Keluhan itu banyak terletak pada kelambatan di jam pemberangkatan maupun kedatangan.
Tidak tepatnya waktu pemberangkatan sebuah penerbangan, tak boleh dilihat hanya dari sisi keterlambatan saja. Tapi harus menyatu di dalamnya soal jaminan keselamatan penumpang. Sebab bisa saja penumpang yang terkatung-katung di ruang tunggu, tidak terselamatkan nyawanya. Seperti meninggal dunia di tempat sebagai akibat dari stress, menunggu dan kelelahan atau tidak mengkonsumsi makanan yang cocok.
Klarifikasi ataupun pemeriksaan terhadap Rusdi Kirana selaku sosok yang mengaku sebagai pemilik Lion Air, semakin mendesak untuk mencegah rumor yang sudah lama beredar.
Bahwa Rusdi Kirana yang sebelumnya hanya menangani bisnis Travel Agent, tidak mungkin secara tiba-tiba punya kemampuan membeli 461 unit pesawat dari Boeing dan Airbus. Terutama karena selama ini belum pernah terjadi seorang pengusaha travel kelas menengah tiba-tiba membelanjakan miliyaran dolar untuk pengadaan armada.
Walaupun membeli itu merupakan hak azasi manusia-nya Rusdi Kirana, tapi adalah wajib bagi pihak perbankan atau otoritas keuangan curiga dan memeriksa seorang yang tiba-tiba menjadi kaya raya mendadak.