Sudah waktunya lembaga yang menangani Covid-19 secara teratur mempublikasikan informasi primer itu. Toh tidak akan bertentangan dengan rahasia apa pun.
Data yang kita perlukan adalah: hanya angkanya. Tidak sampai ke soal nama atau alamat.
Dari angka-angka yang disiarkan selama ini kita tidak bisa belajar banyak. Kecuali menambah waswas. Ke depan masyarakat harus terus belajar. Terutama untuk menghadapi kehidupan normal-baru.
Kita juga tidak mendapat pelajaran banyak dari Tiongkok. Kecuali belajar manajemen penanganannya. Saya pun mahfum. Tiongkok adalah negara komunis yang tertutup. Di sana banyak hal dirahasiakan –meski belakangan sudah banyak berubah pula.
Kita mendapat lebih banyak informasi dari Amerika Serikat. Terutama dari New York. Bahwa kelompok yang lebih banyak terkena Covid adalah masyarakat kulit hitam. Bahwa yang banyak meninggal adalah orang di atas 60 tahun. Yang sebelum kena Covid memang sudah berpenyakit. Yang terbanyak adalah sakit jantung dan tekanan darah tinggi –dua penyakit yang masih punya hubungan kekerabatan.
Menurut data itu, mayoritas yang meninggal adalah yang sebelumnya sudah punya penyakit pernafasan. Dan gula darah.
Dan yang badannya sangat gemuk.
Tapi itu di Amerika Serikat. Kita memerlukan data yang dari Indonesia. Yang di sini tidak ada masyarakat kulit hitam –dalam jumlah yang nyata.
Kita perlu siap-siap hidup dengan normal-baru. Begitu pula kecenderungan seluruh dunia. Semua mengarah ke kehidupan normal-baru. Rupanya tidak ada yang kuat berlama-lama dalam kehidupan terkekang.
Itu berarti kita harus lebih bisa membawa diri. Belajar dari data yang ada. Tapi kita belum punya data itu. Belum diberi.
Data itu juga penting bagi daerah-daerah yang belum terlalu diserang Covid-19. Agar bupatinya bisa antisipasi. Untuk lebih memerhatikan warga yang rawan terkena Covid-19.
Pasar adalah salah satu wilayah rawan. Tapi adakah pengurus pasar peduli siapa saja pedagang di dalamnya? Dalam pengertian pedagang yang mana yang lebih rawan terserang Covid-19? Lalu harus diapakan sebelum terkena virus?
Menghadapi kehidupan normal-baru nanti, setiap kelompok bisa mengidentifikasikan diri lebih baik. Belajar dari data. Yang kemungkinan sedang disiapkan.
Kita memerlukan sistem komunikasi baru. Ceramah, imbauan, ancaman, adalah model komunikasi yang tidak menggairahkan.
Ahli komunikasi sudah harus ambil peran lebih ke depan.
Kita sudah mulai bosan dengan data yang tiap hari ditampilkan. Yang tidak banyak lagi mengandung arti. Nyawa sudah dianggap menjadi angka-angka.
Angka yang mati pula. (end)
Penulis: Dahlan Iskan