Meski sepertinya ada usaha untuk tidak terjadi Perang Dingin baru, tetapi rasanya angin geopolitik bertiup ke arah sana, Perang Dingin baru. Hal itu, antara lain terjadi karena retorika-retorika AS, pemimpin AS yang oleh banyak kalangan dinilai buruk, yang memanaskan situasi. AS yang kini semakin “keteteran” menghadapi China menganggap bahwa China adalah ancaman terhadap kekuatan ekonomi dan keamanannya.
Meskipun harus diakui bahwa sekarang ini—setelah terjadi pandemi Covid-19—China benar-benar telah muncul sebagai “lebih unggul” dibandingkan AS. China, bahkan, lebih dipandang oleh negara-negara sekutu AS di Eropa dibanding AS sendiri.
Kita melihat bahwa persaingan strategik akan tetap mendominasi antara keduanya ke depan. Apakah pandemi Covid-19 ini benar-benar akan mengawali terbitnya zaman baru yakni Perang Dingin baru antara AS dan China seperti yang terjadi di kala terjadi Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet di masa lalu? Dan, pertanyaan akhirnya adalah, apakah persaingan itu akan mengarah pada persaingan permanen dan permusuhan habis-habisan atau sementara saja?
Kita tunggu babak ini berlanjut untuk menemui titik akhir, sambil berharap bahwa hubungan keduanya membaik kembali sehingga memberikan lingkungan yang mendukung bagi terciptanya perdamaian di kawasan.(end)
Penulis: Trias Kuncahyono