Situasi penanganan pandemik Covid-19 ini, terutama sejak WHO dan dunia melakukan langkah-langkah ekstrim, Indonesia masih memperlihatkan ketidak jelasan kordinasi.
Jakarta Post beberapa hari lalu sudah memvonis Jokowi amatiran, sedang hari ini CNN Indonesia menuliskan Jokowi harus meminta maaf pada bangsa ini.
Faktanya, hari demi hari semua kepala daerah melakukan konprensi pers sendiri-sendiri, membuat gugus tugas sendiri-sendiri, mengumpulkan stok masker sendiri, dll.
Ketidakjelasan situasi sampai saat ini terlihat dengan keputusan terakhir Jokowi yang menyerahkan urusan “lockdown” atau tidak, hanya melalui pertimbangan kepala daerah.
Sedangkan, di sisi lain, sebelumnya, kemarin Jokowi membentuk Gugus Tugas, untuk memperkuat kordinasi dan sinergi nasional mengatasi penyebaran virus ini. Seharusnya kedua hal itu bernuansa kontradiktif.
Dalam penjelasan di Istana Bogor, tadi (Minggu, 15/3) sebagaimana dikutip berbagai media, Jokowi meminta pemda menjalin kerjasama intens dengan BNPB dan menggunakan anggaran efisien.
Penjelasan ini tidak menunjukkan ketegasan apakah Doni Monardo, sebagai kepala BNPB atau Gugus Tugas, dapat melakukan kordinasi lintas daerah atau hanya sinergi (kerjasama) saja.
Sebab, jika misalnya satu daerah melakukan “lockdown”, pertanyaan berikutnya adalah apakah BNPB dapat menutup kota/daerah itu? Ataukah Gugus Tugas yang baru dibentuk yang melakukannya?
Situasi ini menunjukkan adanya kebingungan dari Jokowi dalam merespon situasi. Berbagai negara di dunia sudah melakukan lockdown, sebagian lockdown ataupun menyatakan darurat negara.
Darurat negara adalah beda dengan darurat bencana. Darurat negara bersifat nasional. Sedang darurat bencana, bisa bersifat lokal. Nah, Jokowi lebih memilih urusan virus corona ini diselesiakan lokal demi lokal.
Dari penjelasan Jokowi tadi di Istana Bogor, di mana Jokowi menekankan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi, ada kesan faktor perekonomian kita dipertaruhkan dengan nyawa manusia yang mulai ketakutan dengan coronavirus ini.
Padahal, sesungguhnya, ketakutan rakyat kita atas coronavirus sudah dirilis oleh survei YouGov pertengahan Februari lalu, rakyat kita yang paling cemas dibanding negara-negara lain di Asia.
Keselamatan Manusia atau Keselamatan Ekonomi
Kita dihadapkan pada pilihan sulit, mau menyelamatkan ekonomi atau mau menyalamatkan manusia, terkait pandemik coronavirus ini. Memang kita tidak menafikkan pentingnya ekonomi terus tumbuh berkembang. Namun, manusia juga butuh keselamatan hidup.