Pertama, pendidikan di negeri ini sudah menempel beberapa bahasa di sekolah-sekolah agar diketahui dan dikusai oleh pelajar. Mulai dari bahasa Inggris (yang wajib), bahasa Jerman, Prancis, dan sebagainya. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing terkait dengan tambahan bahasa yang diberikan pada siswa mereka. Bagi pendidikan Islam, seperti madrasah aliyah, tentunya bahasa Arab adalah bahasa yang wajib diberikan, meskipun kemudian ditambah dengan bahasa Inggris Hanya saja, apakah siswa-siswa menguasai bahasa-bahasa yang diajarkan tersebut?
Bukankah tetap bahasa Indonesia juga yang mereka gunakan? Karena selain bahasa Indonesia, tidak ada lagi bahasa lain yang bisa jadi penyambung komunikasi di Nusantara. Lalu, kemana mereka akan menggunakan bahasa-bahasa lainnya yang sudah dipelajari? Hanya sekedar hiasan raport atau diperlombakan dalam olimpiade-olimpiade bahasa. Untuk bekal sekolah ke luar negeri? Berapa banyak sih per tahunnya? Jelas bukan mayoritas dibandingkan yang menetap di Indonesia seumur hidup.
Kedua, alasan Kemenag untuk menempel bahasa Mandarin di madrasah aliyah sangat penting di masa kini. Soal kepentingan bahasa, Kemenag tidak salah. Tetapi menurut Kemenag kepentingannya adalah agar siswa lulusan madrasah memiliki nilai plus di dunia kerja. Kelihatannya, Kemenag ingin mengirimkan lulusan madrasah langsung ke dunia kerja. Ketika sebagian alumni madrasah aliyah tidak mampu kuliah ke universitas, lalu dengan modal bahasa Mandarin yang mereka miliki, perusahaan–perusahaan asing akan menampungnya. Karena menurut Razi juga, perusahaan –perusahaan saat ini sangat banyak membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan berbahasa Mandarin.
Pertanyannya adalah, apakah lembaga pendidikan madrasah siap menerima ide Kemenag ini? Dengan kata lain, beban siswa akan bertambah pada poin kelulusan. Dan pastikah 100% lulusan madrasah dengan modal Bahasa Mandarin saja akan dilirik bursa kerja dunia, khususnya di perusahaan China yang ada di Indonesia?
Ketiga, meski masih banyak yang menolak dikaitkan dengan kepentingan kapitalis China, tetapi ide Kemenag mengarah kesana. Kapitalis global mengaruskan semua aspek kehidupan harus menuju pada kebutuhan pasar. Khususnya pendidikan. Sebab, pendidikan adalah proses melahirkan generasi-generasi baru yang akan menggantikan orang-orang sebelumnya termasuk di dunia pasar (kerja). Saat ini penguasa pasar baru adalah China menandingi Amerika. Apalagi di Indonesia, perusahaan-perusahaan China banyak didirikan. Pekerjanya juga banyak dari pribumi. Meskipun beberapa informasi menyebutkan, warga China juga sedang berbondong-bondong sebagai tenaga kerja ke Indonesia. Wah, mengurangi jatah pribumi bukan?