Setelah bentrokan terakhir, PM India Rajiv Gandhi, mengunjungi China. Rajiv Gandhi menjadi pemimpin India pertama yang mengunjungi China sejak Perang China-India. Sejak itu, dilakukan perundingan-perundingan perdamaian.
Pada 1996, misalnya, Beijing dan New Delhi menyetujui protokol yang melarang militerisasi zona perbatasan, dan selama dekade berikutnya kedua belah pihak berkompromi dengan sengketa wilayah tertentu.
Meskipun, harus diakui bahwa kedua negara terus memendam perselisihan di antara mereka berkaitan masalah perbatasan bersama, juga soal Dalai Lama (yang meninggalkan Tibet pada 1959 setelah tentara China menginvasi Tibet pada tahun 1950; dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian 1992 itu memimpin pemerintahan Tibet dalam pengasingan); kerja sama keamanan antara China dan Pakistan; juga persaingan untuk menguasai geolopotik Asia Selatan, dan Asia secara keseluruhan.
Tahun ini, sebenarnya, kedua negara merayakan 70 hubungan diplomatik. Namun, dengan adanya ketegangan baru ini, hubungan 70 tahun itu terasa hambar. Ketegangan ini muncul setelah periode yang relatif lama sepi di sepanjang perbatasan kedua negara.
Pada Oktober 2013, kedua negara menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan Perbatasan untuk memastikan bahwa patroli perbatasan tidak meningkat menjadi militer.
Namun, menurut pemerintah India, militer China melintasi perbatasan menyeberang ke wilayah India sebanyak 1.025 kali antara 2016 hingga 2018 (Foreign Policy, Mei 2020). Hal itu sangat mudah terjadi, sebab perbatasan kedua negara tidak bertanda.
Karena itu, “pelanggaran” semacam itu sangat mudah terjadi. Karena persepsi mereka tentang perbatasan yang membatasi wilayah mereka boleh jadi berbeda-beda.
Hubungan Tidak Tulus
Sejarah mencatat hubungan kedua negara sudah demikian panjang, dalam banyak aspek, termasuk budaya. Tetapi sejak kedua negara merdeka, hubungan kedua negara telah mengalami berbagai perkembangan.
Apalagi ketika kedua negara memasuki periode nuklir dan mengalami perkembangan ekonomi, yang demikian laju, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. China dan India, sama-sama mengalami kemajuan besar dalam bidang ekonomi, terutama China.
Kerja sama antara keduanya dalam banyak bidang—setelah berhasil mengatasi perselisihan—memang banyak dilakukan, baik secara bilateral maupun multilateral. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, pertumbuhan kedua negara menjadi ancaman satu sama lain.
Membaiknya hubungan antara China dan Pakistan, misalnya, menjadi persoalan bagi India. Sehingga menambah ketegangan di kawasan Asia Selatan.
China dan Pakistan membangun aliansi strategis. Aliansi ini antara lain diwujudkan dengan bantuan China kepada Pakistan dalam pengembangan kekuatan militer dan nuklirnya. Beijing juga menciptakan kemitraan ekonomi dengan Islamabad.
Kondisi seperti itu, telah menempatkan India pada posisi yang selalu terancam. India merasakan menghadapi dua ancaman sekaligus: China dan Pakistan (Lisa Curtis dan Derek Scissors, 2012)
Hal inilah yang antara lain mendorong peningkatan hubungan kemitraan dengan AS. Hubungan bilateral India-AS berkembangan menjadi “kemitraan strategik global.”
Hubungan pertahanan menjadi pilar utama kemitraan strategik hubungan India-AS yang ditandai dengan penandatangan “Kerangka Baru Hubungan Pertahanan India-AS” pada 2005 dan “kerja sama energi nuklir sepenuhnya untuk sipil dengan India.”
Hal itu diwujudkan dalam antara lain latihan militer bersama, pertukaran personel, kolaborasi dan kerja sama dalam keamanan maritim, dan kontra-pembajakan, serta penjualan peralatan militer. Pada 2015, Perjanjian Kerangka Kerja Pertahanan, diperbarui (K Alan Kronstadt, 2009).
Hubungan AS-India pun semakin erat. Saat PM India, Modi, mengunjungi AS pada Juni 2016. AS mengakui India sebagai “Mitra Pertahanan Utama.” Dengan pengakuan ini, AS berkomitmen untuk menfasilitasi berbagi teknologi kepada India, dan kolaborasi industri unttuk co-production and co-development pertahanan (Ankit Panda, 2017).
Bagi New Delhi, status tersebut merupakan suatu masalah penting dan mengisyaratkan kehadiran AS sebagai mitra kerja sama pertahanan jangka panjang yang serius setingkat dengan Rusia, sekutu lama India (Washington bahkan sudah menggeser Moskwa sebagai sumber utama impor pertahanan).
Hubungan India-China memburuk lagi setelah 2017. Di mana India pada November 2017 bergabung dengan Quadrilateral Security Dialogue (Quad), suatu dialog strategis antara Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia dengan komponen angkatan laut.